Langsung ke konten utama

MENAPAK SEJARAH SAMBAS MENGHUNJAM PATOK HARI JADI IBU KOTA

A.    Latar Belakang
              Kesulthanan Sambas adalah salah satu Kesulthanan Melayu di Kalimantan Barat yang berpusat di daerah pesisir pada aliran Sungai Sambas Kecil . Pusat pemerintahan terletak dipertemuan tiga buah sungai yaitu Sungai Sambas Kecil , Sungai Teberau dan Sungai Subah disebut dengan nama Muara Ulakan. Adapun wilayah yang termasuk kedalam Kesulthanan Sambas sekitar 23.320 Km² dengan batas – batas sebagai berikut : di sebelah barat dan barat daya berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Daerah pantai  terbentuk dari utara ke selatan ; dimulai dari Tanjung Datuk sampai muara Sungai Duri. Di sebelah utara berbatasan dengan Sarawak ( Malaysia Timur ) dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kesulthanan Mempawah , sedangkan di sebelah Timur dan Tenggara berbatasan dengan Kesulthanan Landak.
               Tanpa terasa Sambas , telah mencapai usia yang sangat tua, sampai saat ini tidak dapat diketahui dengan pasti berapa sudah usia Negri Sambas. Usia sepanjang itu merupakan pondasi yang kokoh untuk melanjutkan warisan budaya yang besar, dan merupakan situs yang monumental untuk menghampar wisata sejarah. Sambas pada kenyataannya telah menjadi tumpuan harapan untuk dapat menginspirasi kita agar mampu belajar dari masa lalu, guna berkarya dimasa kini, dan untuk berfikir kemasa depan . Sehingga apa yang menjadi tekat Sambas sebagai daerah terunggul di Kalimantan Barat Tahun  dapat tercapai. Banyak kekayaan yang telah diwariskan oleh Kesulthanan ini , yang kesemuanya itu menjadi catatan sejarah gemilang dan panjang tentang kejayaannya. Untuk itu sebagai negri yang sudah berumur mempunyai sejarah panjang mau tidak mau kita harus memilih suatu momen sejarah di sepanjang sejarah kehidupan di negri Sambas sebagai momentum sejarah negri. Warisan itu ada yang tetap dipertahankan , ada yang terpendam , namun ada pula yang telah terbenam. Masih banyak orang Sambas yang melaksanakan adat dan budayanya , demikian pula sangat banyak yang merindukannya , akan tetapi tidak sedikit pula yang telah melupakannya dan tidak sempat untuk mengetahuinya.

B.     Sekilas Sejarah Kerajaan Sambas
Banyak versi sejarah yang menceritakan tentang Kerajaan Sambas
1.      Versi  Lickzz@yahoo.com
Kesultanan Sambas adalah kerajaan yang terletak di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat sekarang, tepatnya berpusat di Kota Sambas. Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran "Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.Pada saat itu di pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang-orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan orang-orang Dayak pesisir dimana karena saat itu wilayah ini sedang tidak ber-Raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan Bangsawan Majapahit ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik. Rombongan Bangsawan Majapahit ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama "Kota Lama". Setelah sekitar lebih dari 10 tahun menetap di "Kota Lama" dan melihat keadaan wilayah Sungai Sambas ini aman dan kondusif maka kemudian para Bangsawan Majapahit ini mendirikan sebuah Panembahan / Kerajaan hindu yang kemudian disebut dengan nama "Panembahan Sambas". Raja Panembahan Sambas ini bergelar "Ratu" (Raja Laki-laki)dimana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban, setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh Adindanya yang bergelar Ratu Sapudak. Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan VOC yaitu pada tahun 1609 M. Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan Sultan Tengah (Sultan Sarawak ke-1) bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan Brunei ke-9) datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian menetap di wilayah Sungai Sambas ini (daerah Kembayat Sri Negara. Anak laki-laki sulung Sultan Tangah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman. Raden Sulaiman inilah yang kemudian setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun 1675 M. ……
Sebelum berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1675 M, di wilayah Sungai Sambas ini sebelumnya telah berdiri Kerajaan-Kerajaan yang menguasai wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya. Berdasarkan data-data yang ada, urutan Kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya sampai dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia adalah :

1. Kerajaan Nek Riuh sekitar abad 13 M - 14 M.
2. Kerajaan Tan Unggal sekitar abad 15 M.
3. Panembahan Sambas pada abad 16 M.
4. Kesultanan Sambas pada abad 17 M - 20 M.
Secara otentik Kerajaan Sambas telah eksis sejak abad ke 13 M yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca pada masa Majapahit (1365 M). Kemungkinan besar bahwa Kerajaan Sambas saat itu Rajanya bernama Nek Riuh. Walaupun secara otentik Kerajaan Sambas tercatat sejak abad ke-13 M, namun demikian berdasarkan benda-benda arkelogis (berupa gerabah, patung dari masa hindu)yang ditemukan selama ini di wilayah sekitar Sungai Sambas menunjukkan bahwa pada sekitar abad ke-6 M atau 7 M di sekitar Sungai Sambas ini diyakini telah berdiri Kerajaan. Hal ini ditambah lagi dengan melihat posisi wilayah Sambas yang berhampiran dengan Selat Malaka yang merupakan lalu lintas dunia sehingga diyakini bahwa pada sekitar abad ke-5 hingga 7 M di wilayah Sungai Sambas ini telah berdiri Kerajaan Sambas yaitu lebih kurang bersamaan dengan masa berdirinya Kerajaan Batu Laras di hulu Sungai Keriau yaitu sebelum berdirinya Kerajaan Tanjungpura.

2.         Versi   Muhammad Gade Ismail dalam thesisnya yang berjudul “ Politik   
       Perdagangan Melayu di Kesulthanan Sambas Kalimantan Barat : Masa Akhir  
       Kesulthanan ( 1808 – 1818 ) mengatakan :
    “ Hans Roef dikirim untuk berdagang dengan kerajaan Sukadana dan disana ia berhasil mengumpulkan sejumlah besar lapis besar dan intan. Verschoor mengirimkan Samuel Bloemaert untuk menjemput Hans Roef. Samuel Bloemaert kembali ke Banten pada tanggal 13 Juni 1607 M dan memberi kabar bahwa Hans Reof yang merasa tidak aman di Sukadana telah bertolak ke Patani, sebelum ia tiba disana.
     Berhubungan perdagangan dengan pulau Kalimantan dianggap menguntungkan Kompeni terutama karena hasil tambang, Raad Van Banten , tanggal 12 Oktober 1608 M  memutuskan untuk mendirikan sebuah loji tetap di Sukadana. Samuel Bloemaert diangkat menjadi kepala loji tersebut dengan tambahan tugas untuk mengesahkan kontrak – kontrak perjanjian dengan raja – raja Banjarmasin, Landak , Brunai , Sukadana dan Sambas
      Raja yang memerintah kesulthanan  Sukadana pada waktu Hans Roef tiba disana ialah Prabu Giri Kesuma yang beristrikan Ratu Bungku, putri raja Landak. Dalam bulan Januari 1609 M , Ratu Bungku membunuh suaminya dan ia menjadi penguasa Sukadana dan sekaligus atas Landak.
      Ratu Bungku terlibat peperangan dengan kesulthanan Palembang yang mengirim puluhan perahu – perahunya untuk menguasai tambang – tambang intan yang ada di Kesulthanan Landak. Ratu Bungku juga terlibat peperangan dengan Adil, Sulthan Sambas . Meskipun Ratu Bungku sedang mempertahankan diri dari serangan kesulthanan Palembang dan berperang dengan Sambas, ia menolak tawaran untuk bekerjasama dengan kompeni Belanda.
      Dibandingkan dengan Sukadana hasil padi di Sambas lebih baik apalagi Sambas juga menghasilkan emas dan lapis besar yang cukup banyak.Sulthan Adil dari Sambas membuat perjanjian persahabatan dengan kompeni Belanda yang diwakili oleh Samuel Bloemaert. Dengan ditanda tanganinya perjanjian itu Belanda memperoleh kebebasan untuk melakukan perdagangan di Sambas tanpa dikenakan pajak dan mereka juga di izinkan untuk mendirikan sebuah loji perdagangan di Sambas. Sebaliknya Belanda membantu Adil ( Sulthan Muhammad Jalaluddin ) menghadapi musuhnya, Ratu Bungku dari Sukadana.
     Untuk mengepalai loji di Sambas , Samuel Bloemaert mengangkat Pieter Aertzoon, sedangkan ia sekali lagi berusaha untuk mencoba mengadakan perjanjian dengan Ratu Bungku dari Sukadana. Ratu Bungku tetap bersikeras menolak tawaran Belanda tersebut karena ia sangat tidak senang kepada Belanda yang berusaha menanamkan pengaruhnya di Sukadana. Meskipun tanpa bantuan dari Belanda , Ratu Bungku berhasil menangkis serangan Kesulthanan Palembang dan ia juga dapat mempertahankan diri dari serangan Sambas. Loji Belanda di Sambas terakhir dipimpin oleh Hendrik Vaak yang diangkat mengepalai loji tersebut sejak tahun 1615 M . Pada tahun 1623 M , loji Belanda di Sambas dengan resmi ditutup. Kompeni Belanda menyebutkan bahwa berhubungan keuntungan yang diperoleh dari daerah ini tidak sebanyak dari diperhitungan semula , maka loji itu terpaksa di tutup.”

3.        Versi H.Abdullah Kadir yang ditulis di Pemangkat pada 10 Februari 1989, beliau pernah bekerja di kantor Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim untuk mengisi waktu tua sebelum beliau wafat sempat menulis catatan sejarah berjudul “ Sekitar Kerajaan Sambas Alwatzikhubillah
         Bersamaan dengan datangnya seorang mubalir bernama Abdul Qadir keturunan Al Mustamsir Al Abbasi yang ikut menyiarkan agama Islam ditanah air kita dan meninggal di Pasei 23 Rajab 822 H bersamaan dengan 15 Agustus 1419 M , datang pula dua orang bersaudara sepupu bernama Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat dan saudara sepupunya bernama Assyarif Ahmad Maulana Al wastiq Billah Al Abbasi. Mereka lama juga berada di Pasei sambil mempelajari bahasa Melayu dengan mempelajari huruf Arab – Jawi, dan dalam menyiarkan agama Islam sambil belajar bahasa Melayu sampai pasih, kemudian mereka meneruskan perjalanan kenegeri – negeri di Semenanjung seperti negeri Patani , Malaka , Johor 
         Setelah beberapa lama kedua bersaudara itu berada di Johor, datanglah utusan dari Raja Kerajaan Brunai, ketika itu Rajanya bernama Sulthan Ahmad, bersamaan pula datang seorang utusan dari kerajaan Melayu , yaitu kerajaan Paloh dengan ibu kota bernama Ceremai, rajanya bernama Datuk Magat. Kedua utusan raja yang datang bersamaan pula menginginkan minta datang ke negerinya untuk dijadikan guru agama. Kedua bersaudara itu memutuskan keberangkatannya, yaitu Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat bersedia berangkat ke negeri Brunai dan Assyarif Ahmad Maulana Al Wastiq Billah Al Abbasi berangkat ke negeri Paloh Ceremai, mereka berangkat bersama – sama dengan utusan kedua negeri itu , masing – masing dengan tujuannya. Adapun kerajaan Brunai ketika itu sangat luas daerahnya disebelah Utara Kalimantan sampai di Sarawak dan Kerajaan Paloh dipesisir Kalimantan Barat dari Tanjung Datuk sampai Sungai Duri. Nasib baik bagi Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat setelah beberapa lamanya di Brunai Darussalam , dijadikan menantu oleh Sulthan Ahmad . Karena Sulthan Ahmad tidak memdapatkan zuriat putera laki – laki untuk mengantikan tahta kerajaan, hanya mendapat seorang putri bernama Dayang Siti Marhamah, maka tahta kerajaan diserahkan kepada menantunya itu Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat dengan gelaran Sulthan Sulaiman Syarif Ali digelar Sulthan Albarkat Syarif Hasan Assyarif Annami Albarkat ( kira – kira tahun 830 H atau 1427 M ).
        Adapun Assyarif Ahmad Maulana Al Wastiq Billah Al Abbasi sesampainya di negeri Paloh Ceremai disambut baik oleh Raja Paloh bernama Datuk Magat dan diterima oleh seluruh rakyat Paloh dengan senang hati. Dalam menyiarkan dan mengembangkan agama islam, beliau lebih dulu menanamkan ilmu tauhid, ilmu kebatinan ( tasauf ) serta mengajarkan budi pekerti, akhlak yang mendalam , kemudian baru mengajarkan fiqih dll, apabila muridnya sudah tamat belajar, dapat diandalkan menjadi seorang yang zuhud, warak atau seorang mukmin yang sejati. Mana murid – muridnya yang sudah tamat belajar diperintahkannya untuk meneruskan ajarannya kekampung – kampung luar kota sampai dipelosok – pelosok kampung dalam kerajaan Paloh ini sambil mendirikan masjid ditiap – tiap kampung itu. Apabila ada kesempatan beliau dapat berkunjung ke kampung – kampung  setelah adanya masjid – masjid dan disanalah beliau menjadi imam dan menyiarkan fatwa – fatwanya yang menjurus untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Allah S.W.T dan melarang pekerjaan – pekerjaan yang bertentangan dengan islam, ajaran – ajaran yang sangat berkesan ialah mengajak insan kejalan yang diridhoi oleh Tuhan antara lain berkata dengan benar, jujur, tidak boleh berbohong, tetap menyampaikan amanah , tidak boleh khianat dalam segala perbuatan baik yang disengaja atau tidak sengaja, ilmu tasauf yang mendalam, ilmu yakin, haqqul yakin. Oleh rakyat Paloh beliau mendapat gelaran Guru Besar dan Wali Allah. Setelah hamba rakyat kerajaan Paloh itu sebagian besar beragama Islam sepuluh tahun kemudian beliau diambil oleh Raja Paloh untuk menjadikan menantunya dan dikawinkan dengan puteri sulung bernama Siti Tanjung dan diangkat menjadi Datuk Kadi di kerajaan Paloh. Beberapa tahun kemudian, beliau  kurang puas dengan jabatannya itu , maka beliau mohon kepada ayahndanya untuk mendirikan sebuah negeri dipedalam kerajaan Paloh itu dipertengahan Sungai Bantanan sebelah kanan mudik Sungai Bantanan diperkampungan bernama Sekampung. Setelah mufakat dengan para menteri dan penasehatnya Datuk Magat menyetujui permintaan menantunya itu, kejadian itu diperkirakan bertepatan pada hari Jum’at 1 hari bulan Muharram 830 H atau ( 1 November 1426 H ) . Dibangun istana raja dan diproklamirkan berdirinya Kota bernama Sambas dan yang menjadi raja pertama ialah menantu Datuk Magat dengan gelaran Sulthan Syarif Ahmad Maulana Tsafiuddin Alwatzikhubillah dan akhirnya kerajaan Paloh bersatu menjadi kerajaan Sambas Alwatzikhubillah. Adapun nama Sambas itu adalah singkatan nama dari bahasa Arab “ Assyamsu Al Abbasi “ dimaksud dalam bahasa Indonesianya “ Matahari Abbasi “ disingkat nama itu menjadi Sambas, seharusnya disebut Syambas , akan tetapi sudah menjadi kebiasaan lidah orang Sambas menyebutnya Sambas, demikian Al Wastiq Billah menjadi Alwatzikhubillah.
         Kita beralih ke kerajaan Mojopahit di pulau Jawa ( 1293 – 1520 M ) . Dijaman kejayaan Mojopahit hampir seluruh negeri – negeri dan kerajaan di Nusantara ini dibawah kekuasaan kerajaan Mojopahit. Pada waktu itu hanya kerajaan Sambas yang belum dapat dikuasai oleh kerajaan Mojopahit, mungkin letaknya ibu kota kerajaan Sambas dipedalaman Kalimantan Barat. Kalau diserang banyak resikonya antara lain banyak menyediakan perbekalan dan tentara dengan armada yang cukup kuat , karena harus menempuh jalan laut yang jauh perjalanannya dan juga di khawatirkan apabila Sambas diserang memakan waktu lama mungkin terjadi perang gerelia yang berkepanjangan. Strategi perang negeri Sukadana dipesisir Kalimantan Barat lebih dulu dikuasai dan apabila negeri Sukadana telah dikuasai , maka dari situlah basis penyerangan ke negeri Sambas. Kejadian dikira tahun 1460 M . Dimasa kerajaan Mojopahit diperintah oleh Raja Prabu Hyang Purwawisesa Brawijaya III ( 1456 – 1466 M ), setelah negeri Sukadana dikuasai , berangkatlah dari negeri Sukadana satu armada yang kuat dengan 1000 orang prajurit dipimpin oleh Laksamana Hamangkurat . Aneh disepanjang pesisir dari kerajaan Sambas sampai di Muara Sungai Sambas , tidak dijumpai perkampungan penduduk, tidak dijumpai musuh yang akan diserang, Perjalanan diteruskan menyusur Sungai Sambas masuk kepedalaman sampai diperkirakan letaknya negeri Sambas dimana dikirakan letak istana raja Sambas, disitulah mereka berhenti dan beristirahat    
        Setelah kurang lebih enam bulan lamanya Panglima berada disitu, timbullah hasratnya untuk kembali ke Jawa, akan tetapi pada suatu malam bertepatan malam Jum’at Kliwon , Panglima bermimpi didatangi seorang raja bangsa Arab berpakaian jubah kuning – putih pakai sorban bermahkota seperti seorang khalifah , dalam mimpi itu Panglima diberi tahu, supaya mendirikan istana ditempat peristirahatannya dan dirikanlah kerajaan bernama Sambas atau Negeri Kota Lama . Seterusnya Panglima menjadi rajanya sampai kepada turunan yang terakhir, kemudian raja terakhir itu diharuskan mengawinkan salah seorang putrinya dengan salah seorang pemuda berketurunan bangsawan dari negeri Brunai.
         Penembahan Prabu Hamangkurat , Baginda memerintah kerajaan Sambas dengan baik , selamat, adil dan makmur diperkirakan tahun 1461 – 1490 M. Setelah Baginda wafat digantikan oleh putranya bergelar Penembahan Prabu Kesuma Negara diperkirakan tahun 1491 – 1525 M . Setelah kerajaan Mojopahit di Jawa jatuh dikira tahum 1518 M , maka kerajaan Sambas Kota Lama terlepas dari Mojopahit merdeka dan berdaulat. Dijaman pemerintahan putra Penembahan Prabu Kesuma Negara bernama Penembahan Kesuma Yuda, Kerajaan Sambas Kota Lama bersahabat dengan kerajaan Melayu  Johor di Semenanjung Malaysia, ada di sebut kerajaan Sambas Kota Lama mengantar upeti tiap – tiap tahun ke Johor berupa emas urai , jamur kerang, tidak disebutkan berapa banyaknya. Hubungan Sambas Kota Lama dengan pulau Jawa, Sumatra, Malaysia, Kalimantan sendiri selalu terbuka, Pemerintahan Penembahan Kesuma Yuda diperkirakan 1525 – 1562 M . setelah Penembahan Kesuma Yuda wafat digantikan oleh putranya Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak diperkirakan sekitar tahun 1562 – 1610 M  membawa perubahan yang menyeluruh karena kehendak masa yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa Allah S.W.T.  Dalam sejarahnya pernah Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak mengadakan perjanjian dagang dengan VOC Kompeni Belanda tahun 1609 antara lain disebutkan : Pertama sekali Baginda Ratu Sepudak pada tanggal 2 Oktober 1609  telah membuat perjanjian dengan VOC dalam mana perjanjian itu hanya menyebutkan bahwa Baginda Ratu tidak akan menjual emas dan barang – barang hasil hutan kepada orang – orang Eropa dan yang lain – lain, selain dari Kompeni Belanda .

Jadi nama – nama Raja Sambas Hindu berasal dari Majapahit yang memerintah Negeri Sambas dengan ibukota Kota Lama adalah : 
  1. Mangkubumi Penembahan Prabu Hamangkurat  diperkirakan memerintah 1461 – 1490 M
        2.  Penembahan Prabu Kesuma Negara diperkirakan memerintah 1491 – 1525 M
        3.  Penembahan Kesuma Yudha diperkirakan memerintah  1525 – 1562 M
      4.     Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak diperkirakan sekitar tahun 1562 – 1610 M
      5.  Penembahan Ratu Anum Kesumayuda diperkirakan sekitar tahun  1610  -  ………


                  4.  Versi  Ydt Sulthan Muhammad Tsafiuddin II ,yang menulis buku berjudul Silsilah
 Kerajaan Sambas ditulis dalam huruf Arab Melayu atau Jawi pada malam Jum’at 14   Ramadhan 1321 H bersamaan dengan 4 Desember 1903 M menjelaskan asal usul Raja Tengah :

Bismillahi rakhmanir rakhim
Wabihi nas tainu ala inilah silsilah raja yang kerajaan di negeri Brunai dinyatakan oleh Datuk Imam Ja’kub ia mendengar dari pada Murhum Bungsu Sulthan Mahyudin (     )  dan Sri Paduka Maulana Sulthan Kamaluddin. Kedua raja itu menyuruh menyuratkan datuk nenek moyangnya supaya diketahui oleh segala anak cucu cicitnya yang sekarang ini dan dikemudian hari . Wallhu alam.

Fasal yang Pertama
Adapun Pancur titisan Raja Brunai yang masuk di Sambas yaitu asal mulanya
Sulthan Muhammad beranak perempuan berlakikan menteri raja Cina bernama Awang  San Ting digelar Sulthan Ahmad beranak perempuan berlakikan tuan Syarif Ali Bin Hasan Bin Ummi Ibni Barkat pancaran Amir Hasan cucu Rasulullah S.A.W datang dari Negeri Thaib di gelar
1.      Sulthan Barkat beranakan
2.      Sulthan Sulaiman beranakan
3.      Sulthan Bulqiyah beranakan
4.      Suthan Abdul Qohhar beranakan
5.      Sulthan Syaiful Rijal beranakan
6.      Sulthan Syah Brunai beranakan
7.      Sulthan Hasan beranakan
8.      Sulthan Abdul Jalil Akbar beranakan
9.      Raja Tengah ( artinya anak yang tengah )

Fasal yang Kedua
Adapun puteranya Paduka Sri Sulthan Abdul Jalil Akbar yang bernama Raja Tengah sangat gagah beraninya . Tiada berlawan serta dengan nakalnya barang tiada berketahuan setelah dilihat oleh kakandanya itu yaitu Sulthan Abdul Jalil Jabbar maka bagindapun duka cita karena tiada siapa berlawan dengan dia, hatta maka dipanggil oleh kakaknda Baginda Sri Titah Baginda hai saudaraku kakanda ini dengan rahmat Allah Ta’ala menjadi Raja dalam negeri Brunai, akan adindapun hendak kakanda rajakan juga, maka hati kakanda baharulah suka karena kita ini sama juga anak Marhum, maka sembah Raja Tengah adapun patik ini hamba bawah duli, maka titah patik junjung, tiadalah ia tahu akan dirinya hendak dikeluarkan dari Negeri Brunai, setelah demikian titah kakanda baginda baiklah adinda kanda rajakan di Serawak dan bawa oleh adinda sakai sendiri seribu akan teman adinda, maka sembah Raja Tengah mana titah patik junjung, maka iapun berlayar ke Serawak. Syahdan tiada berapa lamanya Raja Tengah di Serawak dan lalu menyuruh berbuat istana dan kota serta menjadikannya seorang Temenggung maka baginda sendiri lalu berlayar ke Johor hendak bertemu dengan Raja Bunda karena Raja Bunda itu Saudara Murhum Tua diperistri oleh Paduka Sri Sulthan Abdul Jalil di Negeri Johor ……………….”

Fasal yang Ketiga
Adapun Raja Tengah takkala di Negeri Sukadana terlalulah ia merendahkan dirinya kepada Paduka Sulthan Muhammad Tsafiuddin , maka Sri Paduka Sulthan pun kasihanlah pada Raja Tengah dibuatnya seperti saudaranya betul, maka adalah suatu hari Sri Paduka Sulthan Muhammad Tsafiuddin pun berpikir dalam hatinya melihat budi pekerti Raja Tengah yang terlalu baik maka pikir Sulthan baiklah aku jadikan dengan saudaraku yang bernama Ratu Surya, telah sudah habis pikirannya itu maka pada ketika yang baik dan waktu yang baik maka Raja Tengah pun dikawinkanlah dengan Ratu Surya, bagaimana istiadat segala raja – raja bekerja bergawai demikianlah juga pekerjaan itu, maka telah sudah yang demikian itu , hatta beberapa lamanya telah berkasih – kasihan Raja Tengah itu laki istri , maka ada pada suatu hari maka Raja Tengah pun mufakat ia laki istri bicarakan hendak berkunjung duduk di tanah Sungai Sambas, maka pergilah ia menghadap kedua laki istri itu pada Duli Sulthan, maka Raja Tengah pun berdatang sembah ke bawah Duli Sulthan Muhammad Tsafiuddin maka sembahnya jikalau ada kiranya ampun kurnia duli tuanku patik pohonkanlah akan tinggal duduk di Sungai Sambas, maka Sulthan pun diam ia ketika itu tiada berkata – kata , maka Raja Tengah pun telah kembali pulang kerumahnya kedua laki istri, maka sepeninggalan Raja Tengah pulang maka Sulthan pun bertitah menyuruh memanggil segala menteri – menteri hulu balang punggawa sekalian, maka telah berhimpunlah akan segala menteri hulu balang dan punggawa itu menghadap duli Sulthan , maka titah Sulthan bagaimana kiranya segala menteriku ini akan hal Raja Tengah datang ia kepadaku hendak meminta duduk di Sungai Sambas, maka sembah sekalian menteri hulu balang dan punggawa sepatutnyalah akan seperti permintaan Paduka Adinda Raja Tengah itu bertambah lagi Raja Tengah itu jadi ipar bawah duli tuan patik dan istrinya itu saudara duli patik yang sepatutnya juga paduka adinda itu duduk disana lagi pun jika ada kesusahan dan kesakitan boleh juga minta tolong kepada Paduka Adinda itu, maka setelah sudah semufakat bicata, maka Raja Tengah pun pergilah pula ia menghadap Sri Paduka Sulthan , maka titahnya seperti Paduka adinda laki istri hendak minta duduk di tanah Sungai Sambas sebaik – baiknyalah dan sepatut – patutnyalah juga adinda duduk disana, maka jangan tiada – ada melainkan kita bertolong – tolongan kelak barang tiap – tiap suatu hal yang kesusahan dan kesakitan jangan sekali – kali lupa dan lalai selama – lamanya akan titah Sri Paduka Kakanda itu, maka sembah Raja Tengah atas titah itu Insya Allah Ta’ala serta dengan berkat daulat Duli Tuan,  aku mudah – mudahan jangan menaruh lupa dan lalai akan serta titah itu, setelah yang sudah demikian itu, maka Raja Tengah pun kembali kedua laki istri ke rumahnya, maka Sulthan pun sudah pertaruhkan akan saudaranya Ratu Surya kepada Raja Tengah, maka ketika itu Raja Tengah sudah dapat lima orang putera tiga laki – laki dua perempuan yang tuanya laki – laki bernama Raden Sulaiman yang kedua bernama Raden Badaruddin yang ketiga bernama Raden Abdul Wahab yang keempat bernama Raden Rasmi Puri dan yang kelima bernama Raden Ratnawati, maka mereka sudah siap sekalian kelengkapan, maka keluarlah dari Sukadana dengan empat puluh haluan perahu dengan cukup alat senjata dan penuh orangnya serta membawa istrinya dan lima orang putranya itu kemudian tiada berapa lamanya di laut maka sampailah di Sungai Sambas, Sekalian itu perahu empat puluh buah dengan berkeselamatan semuanya tiada satu apa – apa mara bahayanya dan berhimpunlah berlabuh di Kota Bangun, berbuat dusun di situ , hatta beberapa lamanya Raja Tengah duduk istirahat disitu maka anaknya yang bernama Raden Sulaiman pun dipinangkan oleh ayahnda baginda itu kepada Mas Ayu Bungsu putrinya Ratu Sepudak yang tinggal di Kota Lama jadi ipar oleh Ratu Kesuma Yuda yang bernegeri di Kota Lama. Maka setelah putuslah bicaranya maka segeralah dikawinkan oleh ayahnda baginda semufakat dengan Sri Paduka Ratu Kesuma Yuda bagaimana istiadat raja – raja berkawin, maka telah selesai dari pekerjaan berkawin maka duduklah Raden Sulaiman dengan istrinya serta berkasihan kedua laki istri kemudian sudah berapa lamanya Raja Tengah duduk beristirahat lepas dari pada mengawinkan anaknda Raden Sulaiman itu, maka iapun pikirlah hendak pergi berlayar ke Serawak. Hatta pada suatu hari mufakatlah ia kedua laki istri hendak berlayar ke Serawak kembali lalu bermohon kepada Ratu Kesuma Yuda laki istri serta menyerahkan paduka anaknda Raden Sulaiman laki istri kepada Ratu Kesuma Yuda laki istri minta disuruh perintah diperbuat seperti saudara sendiri, kemudian Raja Tengah pun berlayar dari Sambas pergi ke Serawak setelah sampai ke Batu Buaya di Kuala Serawak Raja Tengah pun turun ke sampan minta dikayuhkan kepada seorang sakai gila, bertiga dengan budak membawa keris, setelah datang ke darat ia pun bertengger di atas batu hendak buang air, maka oleh sakai itu ditikamnya dengan tempuling kena rusuk baginda, maka baginda pun terkejut lalu mengambil keris pada tangan budak itu dipancungnya batang tempuling itu dan sakai itu dan budak yang membawa keris itu pun dipancungnya juga sudah itu lalu baginda pulang ke perahu, setelah Petinggi dan Temenggung mendengar baginda sudah di Kuala, maka keduanya hilir menyambut baginda lalu dibawanya pulang ke istana, setelah sampai ke istana maka baginda pun mangkatlah kemudian setelah selesai dari memeliharakan matinya Raja Tengah , maka Ratu Surya dengan empat orang putranya kembali ke Negeri Sukadana dan berapa lamanya sudah datang di Sukadana maka Raden Badaruddin digelar oleh Sulthan Sukadana Pangeran Mangkunegara sudah lama – lama jadi Panembahan pula, Sudah jadi Panembahan barulah baginda itu ke Brunai menghadap nanda Baginda Sulthan Mahyudin itulah adanya."

Fasal Ketujuh
“ …….. Maka petinggi yang bertiga itupun segeralah mudik menyinggahi Raden Sulaiman di Kota Bandir serta sampai lalu naik menghadap Raden Sulaiman laki isteri, maka sembahnya patik ini dititahkan oleh Sri Paduka Kakanda Ratu Anum Kesuma Yudha, menyilakan duli tuanku ilir mendapatkannya ke Kota Bangun, karena Sri Paduka Kakanda ini hendak bertemu duli tuanku laki isteri hendak menyerahkan negeri ini kepada duli tuanku, karena Sri Paduka Kakanda itu hendak pindah diam di Sungai Selakau, lagi berhenti sebentar di Kota Bangun sekedar menanti datangnya duli tuanku laki isteri saja, maka berkata pula Mas Ayu Bungsu itulah rupanya bapa –bapa semua ini sesungguhnya hendak menipu kami dan memperdaya kami berdua dengan Raden Sulaiman ini, maka sembah petinggi yang bertiga itu, Ya tuanku ampun beribu ampun kebawah duli tuanku, tiada sekali – kali jikalau patik nama durhaka dan celaka, maka kata Raden Sulaiman maukan bapaku ini bersumpah, maka sembahnya mau, Patik bertiga bersumpah , maka Raden Sulaiman dua laki isteri, hai bapaku janganlah bapaku bersumpah, maka jika benar serta lagi betul sungguh bapaku menolong kami, serta hendak memelihara kami ini maka mintalah kami akan segala anak bini bapa semua dan segala saudara bapak yang perempuan sekalian akan pergi ia bersama – sama ia ilir menghadap Ratu di Kota Bangun, barangkali semua bapak akan mendurhaka, biarlah nanti kubunuh ia semuanya, maka sembah patik itu baiklah mana – mana titah perintah duli tuanku patik junjung, maka masing – masing ia membawa anak bininya pergi bersama – sama dengan Raden Sulaiman laki isteri pergi menghadap Sri Baginda Ratu di Kota Bangun, maka setelah itu iapun hilirlah sekalian serta sampai di Kota Bangun maka Raden Sulaiman laki Isteri menghadap Ratu laki isteri didalam perahu kenaikannya, maka titah Ratu pada Raden Sulaiman adalah yang Kakanda sekarang itu hendak tinggal diam di sungai Selakau, adapun dari ini negeri Sri Paduka serahkan kepada Paduka Dinda laki isteri yang memerintahnya atas tiga orang petinggi itu dengan sekalian rakyat mana – mana kata Paduka Adinda laki isteri, maka sembah Raden Sulaiman laki Isteri mana titah melaikan dijunjung, kemudian Raden Sulaiman pun kembali keperahu, maka ketiga petinggi pun berperiksa pada Raden Sulaiman apa titahnya Ratu, maka kata Raden Sulaiman hai bapa – bapaku sekalian ini adalah kita dititahkan oleh Sri Paduka Baginda Ratu menunggu negeri dan memeliharakan negeri, maka sembah menteri tiga orang itu jika demikian baiklah tuanku kita akan menjunjung juga dari pada senjatanya, maka Raden Sulaiman pun menghadap pula ia  dua laki isteri dengan serta juga menteri yang bertiga, maka Raden Sulaiman pun lalu ia berdatang sembah menjunjung senjata akan menjaga negeri maka lalu dikaruniai oleh Ratu dua pasang meriam dan lela sepasang dengan obat pelurunya, maka setelah itu Sri Paduka Baginda Ratu pun hendak sudah hamper akan berangkat serta berpadah ia kepada Raden Sulaiman laki isteri dan kepada segala menteri – menteri serta berpesan akan segala aturan negeri dan segala menteri – menteri dan rakyat sekalian peliharakan baik oleh Raden Sulaiman serta dengan menteri yang bertiga ini jangan sekali – kali ia berselisih akan barang yang teradat didalam suatu pekerjaan ynang telah ada sudahnya maka selesaikanlah ia dari pada itu, maka Ratupun hendaklah hilir, maka Raden Sulaiman laki isteri berjabat tanganlah Ratu laki isteri serta juga lalu bertangisanlah semuanya akan bertolak belakang, Ratu pun hilir, Raden Sulaiman pun mudik tiada berhenti lagi sehingga sampailah juga ke Kota Bandir maka Ratu pun sampailah juga ke Selakau … “

Pasal Yang Kesebelas
Syahdan perceritaannya dari Sri Paduka yang pertama memerintahkan Kerajaan dalam daerah negeri Sambas yaitu Sri Paduka Sulthan Muhammad Shafiuddin bin Raja Tengah bin Sulthan  Abdul Jalil Akbar bin Sulthan Hasan bin Sulthan Syah Brunai bin Sulthan Saiful Rizal bin Sulthan Abdul Qahhar bin Sulthan Bulqiyah bin Sulthan Sulaiman bin Sulthan Barkat bin Hasan bin Abi Ummi Ibnu Barkat pancur Amir Hasan cucu Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam dari negeri Taif maka adalah namanya batang tubuh tubuhnya itu Sulthan Barkat – Syarif Ali ia kawin dengan anak Sulthan Ahmad Brunai takkala Sulthan Ahmad meninggal dunia maka Syarif Ali di gelar Sulthan Barkat karena itu Syarif Ali bangsanya bernama Barkat dan adapun itu Sulthan Muhammad Shafiuddin nama batang tubuhnya Raden Sulaiman ia dilahirkan  di Sukadana pada hari Rabu waktu Zuhur kepada Sepuluh Hari Bulan Syawal 1009 tahun seribu Sembilan kepada tahun Nun. Kemudian itu Raden Sulaiman digelar Sulthan Muhammad Shafiuddin  kepada hari senin sepuluh hari bulan Zulhijjah sanah 1040 tahun seribu empat puluh tahun Nun dan kembali kerahmatullah Ta’ala kepada hari Jum’at pada Lima hari bulan Al-Muharram 1081 tahun seribu delapan puluh satu kepada tahun Nun. .....................

 
5.      Versi Jabatan Pusat Sejarah Brunai : Menurut Hubungan Silsilah Kesulthanan Sambas dan Brunai
“ Kesulthanan Brunai dimulai dari seorang raja bernama Sulthan Muhammad ( 1363 - 1402 M ). Baginda hanya mempunyai seorang putra bernama Abdul Majid Hasan dan seorang putri bernama Putri Ratna Dewi. Putri Ratna Dewi oleh Baginda dikawinkan dengan seorang muallaf berasal dari keturunan Cina bernama ONG SUM PING. Setelah Sulthan Muhammad Wafat, Baginda digantikan oleh putranya yang bernama Abdul Madjid  Hasan , sebagai Sulthan Brunai dengan gelar Sulthan Abdul Madjid Hasan memerintah Brunai ( 1402 – 1408 M ). Setelah Sulthan Abdul Madjid  Hasan wafat, karena Baginda tidak mempunyai seorang putra mahkota maka sebagai penggantinya diangkatlah ONG SUM PING sebagai Sulthan  Brunai  dengan  gelar Sulthan   Ahmad   yang    memerintah     ( 1408 – 1425 M ). Dari perkawinannya tersebut Sulthan Ahmad dikaruniai seorang putri bernama Putri Ratna Kesuma, kemudian dinikahkannya dengan seorang bangsawan Arab yang baru datang dari negeri Thaib ( Mekah ) bernama Syarif Ali Bin Hasan Bin Anami Bin Barkat Pancaran Amir Hasan Cucu Rasulullah, yang kemudian menjadi Sulthan Brunai bergelar Sulthan Barkat memerintah Brunai tahun          ( 1425 – 1432 M ). Sulthan Barkat kemudian digantikan oleh putranya bernama Sulthan Sulaiman memerintah negeri Brunai tahun ( 1432 – 1485 M ). Sulthan Sulaiman kemudian digantikan oleh putranya bernama Sulthan Bolqiah memerintah Brunai ( 1485 – 1524 M ). Selanjutnya Sulthan Bolqiah digantikan oleh putranya bernama Sulthan Abdul Kahar memerintah ( 1524 – 1530 M ). Sulthan Abdul Kahar digantikan oleh putranya bernama Sulthan Saiful Rijal memerintah Brunai Tahun ( 1533 – 1581 M ). Sulthan Saiful Rijal mempunyai 3 orang putra masing – masing bernama Pangeran Shan Brunai , Pangeran Muhammad Hasan dan Pangeran Muhammad. Setelah Baginda mangkat maka diangkatlah Pangeran Shah Brunai menjadi Sulthan dengan gelar Sulthan Shah Brunai memerintah tahun (1581 – 1582 ), Karena Sulthan Shah Brunai tidak mempunyai putra maka diangkatlah adiknya Pangeran Muhammad Hasan menjadi Sulthan dengan Gelar  Sulthan Muhammad Hasan yang memerintah negeri Brunai tahun ( 1582 – 1598 M ), sedangkan adiknya Pangeran Muhammad diangkat menjadi Pangeran Bendahara. Sulthan Muhammad Hasan mempunyai 3 orang putra masing – masing bernama Pangeran Abdul Jalilul Akbar, Pangeran Raja Tengah dan Pangeran Muhammad Ali. Setelah Sulthan Muhammad Hasan Wafat maka diangkatlah Pangeran Abdul Jalilul Akbar menjadi Sulthan dengan gelar Sulthan Abdul Jalilul Akbar memerintah negeri Brunai ( 1598 – 1659 M ).”
Dari keterangan hubungan silsilah Kesulthanan Sambas dan Kesulthanan Brunai mengatakan bahwa Raja Tengah adalah anak dari Sulthan Muhammad Hasan dan Sulthan Abdul Jalil Akbar adalah abang Raja Tengah, dan Sulthan Abdul Jalil Jabbar adalah anak Sulthan Abdul Jalil Akbar jadi sepupu Raja Tengah. Sedangkan menurut Sulthan Muhammad Tsafiuddin II, ayah Raja Tengah adalah Sulthan Abdul Jalil Akbar dan abangnya adalah Sulthan Abdul Jalil Jabbar. Dari perbedaan tersebut penulis lebih cenderung membenarkan versi Brunai karena yang terdapat dalam silsilah hubungan Silsilah Kesulthanan Sambas dan Kesulthanan Brunai telah mengalami penelitian oleh Jabatan Pusat Sejarah Brunai dan telah diakui secara resmi oleh Kesulthanan Brunai. Sedangkan menurut versi Sulthan Muhammad Tsafiuddin II terdapat beberapa kelemahan seperti pada tulisan bab awal “Sulthan Saiful Rijal beranakan Paduka Sri Sulthan Syah Brunai takkala baginda itu mangkat maka kerajaan pula saudara Baginda Paduka Sri Sulthan Hasan ia digelar Marhum Tanjung “


Tulisan ini bertentangan dengan tulisan yang terdapat pada pasal pertama “
Sulthan Syaiful Rijal beranakan
Sulthan Syah Brunai beranakan
Sulthan Hasan beranakan
Sulthan Abdul Jalil Akbar beranakan
Raja Tengah artinya anak yang tengah

Dari keterangan yang bertentangan tersebut di bagian awal menyatakan bahwa Sulthan Saiful Rijal adalah ayah dari Sulthan  Syah Brunai dan Sulthan Hasan sedangkan pada pasal yang pertama menyatakan bahwa Sulthan Syah Brunai beranakan Sulthan Hasan dari perbedaan tersebut maka penulis berkesimpulan bahwa kejadian pada pasal yang kedua itu sama kasusnya dengan kejadian diatas dan dapat di simpulkan  bahwa ayah Raja Tengah adalah Sulthan Hasan dan Sulthan Abdul Jalil Akbar adalah abangnya .

6.  Versi Ib Larsen , Januari 2012  dalam tulisannya yang berjudul
SULTAN PERTAMA SARAWAK DAN HUBUNNGANYA DENGAN DINASTY BRUNEI DAN SAMBAS 1599 – 1826: Sedikit Sejarah yang diketahui sebelum era Brooke. Menerangkan bahwa;
Menurut catatan di Brunei, Raden Sulaiman hanya mengirim seorang pengirim pesan kepada pamanda baginda Sultan Brunei, Sultan Abdul Jalilul Akhbar untuk mendapakan gelar “Sultan”. Tetapi kemudian dilanjutkan bahwa “kedatangan Raden Sulaiman ke Brunei” telah diterima dengan baik, dan bahwa gelar Sultan yang dianugerakan kepada Raden Sulaiman dilaksanakan dalam ucapara yang megah, dihadiri oleh Sultan Brunei. Kemudian, catatan tersebut menyebutkan bahwa anaknda Baginda, Raden Bima “mengikuti upacara yang sama seperti Ayanda baginda, yaitu menjalani suatu prosesi di Brunei”. Jadi mungkin saja tidak hanya si pengirim pesan, tapi Raden Sulaiman sendiri yang berkunjung ke Brunei untuk mendapatkan gelar. Christopher Buyers dalam bukunya “Royal Ark” bahkan menyebukan tanggal peristiwa yaitu 20 Agustus 1630, dalam ” Buyers, Christopher: "The Royal Ark - Royal and Ruling Houses of Africa, Asia, Oceania and the Americas", www.4dw.net/royalark/Indonesia/Sambas2.htm. 

Versi The Ark Royal
1582 - 1598 HH Sri Paduka Sultan Muhammad Hassan Ibni al-Marhum Sultan Saif ul-Rijal Nur ul-Alam [Al-Marhum di Tanjong Cheindana], Sultan dan Yang di-Pertuan dari Dar Brunei kita-Salam, anak HM Paduka Sri Sultan Saif ul-Rijal Nur ul-Alam Al-Marhum Ibni Paduka Sri Begawan Sultan 'Abdu'l Kahar Jalil ul-Alam, Sultan dan Yang di-Pertuan dari Dar Brunei kita-Salam, educ. pribadi. Digantikan pada kematian atau pelepasan saudara tuanya, 1582. Tenang beberapa propinsi dan dikonsolidasikan kerajaan atas sebagian besar Kalimantan. m. (Pertama) putri. m. (Kedua) putri. m. (Ketiga) putri. m. (Keempat) Putri Sulu, putri HH Paduka Maulana Maha Sri Sultan Shah Muhammad al-Halim Buddiman, Sultan Sulu, oleh istrinya, Putri Brunei, putri HH Paduka Sri Begawan Sultan 'Abdu'l Kahar Jalil ul-Alam al Ibni -Marhum Sultan Bolkiah Shah Alam. m. (A) istri kemudian Orang Kaya di-Gadong. Ia d. di Tanjong Cheindana Palace, Chermin pulau, 1598 (bur. Tanjong Cheindana), yang telah memiliki masalah:
    * 1) Y.A.M. Raja Tua 'Abdu'l Jalil, yang berhasil sebagai HH Paduka Sri Sultan Sultan' Abdu'l Jalil ul-Akbar Ibni Al-Marhum Sultan Muhammad Hassan, Sultan dan Yang di-Pertuan dari Dar Brunei kita-Salam - lihat di bawah. Copyright © Pembeli Christopher
    * 2) Y.A.M. Raja Tengah Ibrahim *. Diusir dari Brunei karena bersengketa dengan saudara tuanya, Sultan Jalil ul-Jabbar. Berwisata ke Johor dan Sukadana, yang akhirnya membentuk kekuasaann  di Sarawak, dengan gelar  'Ali Shah Sultan Anum Umar Ibrahim. m. (Pertama) Y.A.M. Raja Baka, Ratu Suriya Kusuma, putri HH Sri Paduka sebuah Sultan Muhammad Taj ud-din, Sultan Sukadana dan Panembahan dari Landak. m. (Kedua) di Matan, Y.A.M. Putri Matan, putri penguasa Matan. Dia k. oleh salah satu pengikutnya, di Santubong, Sarawak, ca. 1641 (bur. sana), yang telah memiliki masalah, lima putra dan tiga putri:
      o) Y.A.M. Radin Sulaiman, yang menjadi HH Sri Paduka al-Sultan Tuanku  
              Muhammad Saif ud-din saya Ibni Al-Marhum 'Ali Sultan Anum Ibrahim Umar               Shah, Sultan Sambas (s / o Ratu Suriya Kusuma) - lihat Indonesia (Sambas).
      o b) Y.A.M. Radin Bahar ud-din, Pangiran Bendahara Sri Maharaja 
              (cre. 20 Agustus 1630) (s / o Ratu Suriya Kusuma).
      o c) Y.A.M. Radin 'Abdu'l Wahab [Raja Ludin], Pangiran Temenggong Jaya
               Kusuma (cre. 20  Agustus 1630) (s / o Ratu Suriya Kusuma). Dia memiliki
               masalah, anak laki-laki:
      + I) Y.M. Radin Ahmad, Pangiran Bendahara Sri Maharaja Sambas.
      o d) Y.A.M. Pangiran Mangku Negara dari Matan (s / o Putri Matan).
      o) Y.A.M. Radin Rasmi Putri, Pangiran Sari (d / o Ratu Suriya Kusuma).
      o b) Y.A.M. Radin Ratnavati (d / o Ratu Suriya Kusuma).
   * 3) Y.A.M. Raja Muhammad Ali, yang berhasil sebagai HH Paduka Sri Sultan Sultan Haji Muhammad Ali Ibni Al-Marhum Sultan Muhammad Hassan, Sultan dan Yang di-Pertuan dari Dar Brunei kita-Salam - lihat di bawah.
   * 4) Y.A.M. Pangiran di-Gadong Besar (anak oleh istri maka Orang Kaya di-Gadong).
          Dia punya  masalah:
       o) Y.A.M. Pangiran Maharaja Laila. Copyright © Pembeli Christopher
    * 5) Y.A.M. Raja Bungsu, Pangiran Adipati Agung, yang berhasil sebagai HH Paduka Maulana Sri  Sultan Maha Muwali al-Wasit Shah, Sultan Sulu (s / o Putri Sulu) lihat Filipina (Sulu).
    * 6) Y.A.M. Pangiran Shahbandar Maharaja Laila (s / o Putri Sulu).
    * 7) Y.A.M. Pangiran Paduka Tuan Haji Matserudin Ibni Al-Marhum Sultan Hassan
    * 8) Y.A.M. Pangiran Ahmad.

C.       Penentuan Momen Hari Jadi Ibu Kota Sambas

Dari lima versi tentang sejarah kerajaan Sambas yang mempunyai bukti tertulis dan  dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah menurut penulis adalah versi Ydt Sulthan Muhammad Tsafiuddin II ,yang menulis buku berjudul Silsilah Kerajaan Sambas ditulis dalam huruf Arab Melayu atau Jawi pada malam Jum’at 14     Ramadhan 1321 H bersamaan dengan 4 Desember 1903 M. Pada buku tersebut  jelas mencantumkan tanggal , bulan, tahun dan tempat pada momen penobatan Raden Sulaiman sewaktu diangkat menjadi Sulthan di Sambas. Buku tersebut juga merupakan buku yang resmi dikeluarkan oleh Kesulthanan Sambas. Kesulthanan Sambas Islam pertama kali didirikan oleh Raden Sulaiman bin Pangeran Raja Tengah pada 10 Zulhijjah 1040 H di Lubuk Madung .
Raden Sulaiman oleh para kerabat dan petinggi – petinggi negeri di Daulat untuk memimpin Sambas yang ditinggalkan oleh abang iparnya Ratu Anum Kesumayuda ,
beliau digelar dengan nama Sulthan Muhammad Tsafiuddin. Sejak saat itu Lubuk Madung dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan. Lubuk Madung itulah merupakan cikal bakal kota Sambas yang sekarang ini. Seiring perjalanan waktu Kesulthanan Sambas Islam yang diperintah oleh Sulthan Pertama yaitu Sulthan Muhammad Tsafiuddin  sampai Sulthan terakhir yaitu Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin sangat dikenal oleh negeri – negeri tetangganya sampai akhirnya runtuh pada tahun 1943 M dengan dibunuhnya Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin oleh tentara pendudukan Jepang , maka berakhir pulalah masa kesulthanan.

Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sambas berubah menjadi sebuah Kabupaten dengan kota Sambas sebagai ibu kota kabupaten , kemudian pada tahun 1956  karena kepentingan politik ibu kota kabupaten Sambas yang berada di Sambas di pindahkan ke Singkawang , Kota Sambas berubah status  menjadi ibukota Kecamatan Sambas. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan politik di Indonesia yang berubah – ubah mulai dari pemerintahan Orde Lama , Orde Baru dan sampai sekarang pada masa reformasi , kembali kota Sambas berubah status  karena pemekaran Kabupaten Sambas menjadi dua Kabupaten dan satu Kota Administratif  yaitu Kabupaten Sambas berkedudukan di Sambas , Kabupaten Bengkayang berkedudukan di Bengkayang dan Singkawang sebagai Kota Administratif . 

Berdasarkan perkembangan sejarah seperti yang dikemukakan diatas , Kota Sambas sejak dibuka oleh Raden Sulaiman dan dijadikan ibukota Kerajaan , sampai pada masa NKRI dimana kota Sambas yang semula dijadikan ibukota Kabupaten , kemudian karena kepentingan politik kota Sambas diturunkan statusnya menjadi ibukota Kecamatan dan sampai sekarang Kota Sambas dinaikkan statusnya lagi menjadi ibukota Kabupaten, sejak bergabung dengan NKRI tidak pernah seorang pemimpin yang memimpin Sambas untuk menggali dan menjadikan momen pendirian Kota Sambas sebagai dasar untuk dijadikan sebagai momentum  Hari Jadi  Sambas .
Bertolak dari kenyataan tersebut , maka penulis beserta masyarakat yang bernaung dibawah Forum Peduli Sambas , ingin mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas  untuk menjadikan hari  berdirinya Kesulthanan Sambas Islam   sebagai momen bersejarah dalam bentuk Hari Jadi Kota Sambas dan dituangkan dalam peraturan daerah .
Penentuan Hari Jadi Kota Sambas bertujuan  untuk menunjukkan identitas Sambas  sebagai sebuah daerah yang usianya terbilang tua dan setara dengan beberapa daerah lain yang ada di Indonesia  . Selama ini, pemerintah hanya memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia dan HUT provinsi Kalimantan Barat saja, sehingga identitas Sambas  itu sendiri seolah terlupakan. Oleh karena itulah, akhirnya penulis  dan masyarakat yang benaung dibawah Forum Peduli Sambas berinisiatif untuk mengusulkan peringatan Hari Jadi Kota Sambas untuk di buat Peraturan Daerah . Dengan adanya Peraturan Daerah tentang Hari Jadi  Sambas  dapat dijadikan sebagai payung hukum untuk mengembangkan budaya, olah raga  dan pariwisata di Kabupaten Sambas.
Berdasarkan sejarah berdirinya Kesulthanan Sambas Islam , kami mengusulan momen yang tepat untuk dijadikan sebagai penentuan hari Jadi  Sambas adalah pada saat Raden Sulaiman di nobatkan menjadi Sulthan Sambas Islam yang pertama pada tanggal 10 Zulhijjah 1040 H yang bertempat di Lubuk Madung , dan Kota Lubuk Madung merupakan cikal bakal kota Sambas yang sekarang . Dari sejarah yang telah dijabarkan diatas bermula dari perjalanan Raja Tengah ke Sambas , kemudian sampai perjuangan Raden Sulaiman mendirikan sebuah dinasti baru di Sambas yang diberi nama Kesulthanan Sambas Islam dapatlah diambil sebuah kesimpulan untuk  penetapan hari jadi kota Sambas yaitu  berdasarkan tanggal penobatan Raden Sulaiman menjadi Sulthan Sambas Islam Pertama yaitu 10 Zulhijjah 1040 H  di Lubuk Madung yang di konfersikan dengan menggunakan Based on Hijrah/Islamic Calender to Gregorian Calender at www.islamicity.com  bertepatan dengan  9 Juli  1631 M.
Jadi  9 Juli  dapat dijadikan sebagai Hari Jadi Berdirinya Ibu Kota Sambas.



Daftar Pustaka

1.  Sulthan Muhammad Tsafiuddin II , Sejarah Kesulthanan Islam Sambas, Sambas 4 Desember 1903.

2.  Sulthan Muhammad Tsafiuddin II, Lembaran Silsilah Kesulthanan Sambas.

3. Jabatan Pusat Sejarah Brunai, Hubungan Silsilah Kesulthanan Islam Sambas dengan Kesulthanan Brunai Darussalam

4.   Muhammad Gade Ismail, “ Politik Perdagangan di Kesulthanan Sambas Kalimantan Barat : Masa akhir Kesulthanan ( 1808 – 1818 ), Fakultas Pasca Sarjana Studi Bidang Ilmu Sejarah, Pengkhususan Sejarah Indonesia Universitas Indonesia Jakarta, Tahun 1985 .

5.     H. Abdulllah Kadir , Catatan Sejarah Kerajaan Sambas,  Pemangkat 10 Februari 1989

6.       Google  dalam  Lickzz@yahoo.com

7.       Ib Larsen , Sulthan  Pertama Sarawak  dan Hubungannya  dengan  Dinasty  Brunei dan Sambas  1599 – 1826: Sedikit Sejarah yang diketahui sebelum era Brooke. Januari 2012 Buyers, Christopher: "The Royal Ark - Royal and Ruling Houses of Africa, Asia, Oceania and the Americas", www.4dw.net/royalark/Indonesia/Sambas2.htm.

Komentar

  1. assalamualaikum..saya redha dari pahang malaysia..ingin bertanya...https://www.facebook.com/uraydewiandini15 ini facebook adik uray dewi andini ya.....boleh saya bertanya beberapa soalan?
    saya seorang pengkaji sejarah di pahang..oleh kerana di sini ada tokoh2 di sini yang berasal dari sambas sbb itulah saya mengkajinya..terutama tentang silsilah yg adik tulis..tolong beri respon ya..saya tunggu..
    pertama di sini adanya tokoh dari sambas yang bernama laksamana kubu..kedua, juga seorang tokoh bernama pengiran mamat..ketiga pengiran suta juga namanya di sini raden jabar..ketiga boleh saya tahu dari mana sumber maklumat yang adik dapat..tolong adik bantu saya..ok
    kalau ada nomor hp adik tolong bagi..lagi senang utk berwhatsup
    nombor hp saya +601120661399

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASA PEMERINTAHAN KESULTHANAN SAMBAS ISLAM PEROIDE 1829 - 1943

A.   Raden Sumba bergelar Sulthan Usman Kamaluddin               Raden Sumba adalah putra Sulthan Umar Aqamadin II dengan Permaisuri bernama Mas Siti Binti Pangeran Mangku anak Raden Ratna Kumala Binti Sulthan Muhammad Tadjudin , dilahirkan pada dilahirkan pada hari Kamis, 2 Zulqaidah 1184 H , diangkat sebagai wakil sulthan pada Minggu, 2 Muharram 1244 H bersamaan 14 Juli 1828 M menunggu putra mahkota Pangeran Ratu Natakesuma Bin Sulthan Muhammad Ali Tsafiuddin I dewasa.               Pada malam Kamis   7   Ramadhan 1247 H atau   tanggal   8 Februari 1832 M karena sakit tua , Sulthan Usman Kamaludin wafat dalam usia 61 tahun.   Sulthan Usman Kamaludin dikaruniai putra – putri sebanyak 10 orang yaitu : 1.     Urai Lisyah bersuamikan Pangeran Suta di Kampung Asam. 2.     Pangeran J...

MASA PEMERINTAHAN KESULTHANAN SAMBAS ISLAM PEROIDE 1631 – 1829

A.     Raden Sulaiman bergelar Sulthan Muhammad Tsafiuddin I                Seperti yang telah diceritakan terdahulu bahwa Sulthan Sambas Islam yang pertama dari dinasti baru adalah Raden Sulaiman yang dinobatkan di Lubuk Madung pada hari Senin 10 Zulhijjah 1040 H dengan gelar Sulthan Muhammad Tsafiuddin I. Pada masa pemerintahaanya baginda telah menanamkan patok sejarah dengan membuka pusat pemerintahannya yang baru. Sulthan Muhammad Tsafiuddin I   juga telah menyatukan pemerintahan kerajaan Sambas yang terpecah dua yaitu yang berpusat di Lubuk Madung dan yang berpusat di Kota Balai Pinang. Baginda juga berhasil menyatukan kembali hubungan kekerabatan yang telah retak pada masa Ayahnya Raja Tengah dengan Sulthan Brunai, dengan mengutus anaknya Raden Bima ke Brunai untuk bertemu dengan Sulthan Brunai yaitu Sulthan Mahyudin.           ...

LATAR BELAKANG KERAJAAN SAMBAS

A.       Latar Belakang                Kesulthanan Sambas adalah salah satu Kesulthanan Melayu di Kalimantan Barat yang berpusat di daerah pesisir pada aliran Sungai Sambas Kecil . Pusat pemerintahan terletak dipertemuan tiga buah sungai yaitu Sungai Sambas Kecil , Sungai Teberau dan Sungai Subah disebut dengan nama Muara Ulakan. Penyebutan istilah Kesulthanan di Sambas bermula pada saat Raden Sulaiman dinobatkan menjadi penguasa di Sambas dengan menggunakan gelar Sulthan Muhammad Tsafiuddin.                Adapun wilayah yang termasuk kedalam Kesulthanan Sambas sekitar 23.320 Km² dengan batas – batas sebagai berikut : di sebelah barat dan barat daya berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Daerah pantai ini terbentuk dari utara ke selatan ; dimulai dari Tanjung Datuk sampai muara Sungai Duri. Di sebelah utara berbata...