A. Latar
Belakang
2. Versi Muhammad Gade Ismail dalam thesisnya yang berjudul “ Politik
3. Versi H.Abdullah Kadir yang ditulis di Pemangkat pada 10 Februari 1989, beliau pernah bekerja di kantor Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim untuk mengisi waktu tua sebelum beliau wafat sempat menulis catatan sejarah berjudul “ Sekitar Kerajaan Sambas Alwatzikhubillah
Fasal yang Pertama
Fasal yang Ketiga
Fasal Ketujuh
7. Ib Larsen , Sulthan Pertama Sarawak dan Hubungannya dengan Dinasty Brunei dan Sambas 1599 – 1826: Sedikit Sejarah yang diketahui sebelum era Brooke. Januari 2012 ” Buyers, Christopher: "The Royal Ark - Royal and Ruling Houses of Africa, Asia, Oceania and the Americas", www.4dw.net/royalark/Indonesia/Sambas2.htm.
Kesulthanan
Sambas adalah salah satu Kesulthanan Melayu di Kalimantan Barat yang berpusat
di daerah pesisir pada aliran Sungai Sambas Kecil . Pusat pemerintahan terletak
dipertemuan tiga buah sungai yaitu Sungai Sambas Kecil , Sungai Teberau dan
Sungai Subah disebut dengan nama Muara Ulakan. Adapun wilayah yang termasuk
kedalam Kesulthanan Sambas sekitar 23.320 Km² dengan batas – batas sebagai
berikut : di sebelah barat dan barat daya berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Daerah pantai terbentuk dari utara ke selatan
; dimulai dari Tanjung Datuk sampai muara Sungai Duri. Di sebelah utara
berbatasan dengan Sarawak ( Malaysia Timur ) dan di sebelah selatan berbatasan
dengan Kesulthanan Mempawah , sedangkan di sebelah Timur dan Tenggara
berbatasan dengan Kesulthanan Landak.
Tanpa terasa
Sambas , telah mencapai usia yang sangat tua, sampai saat ini tidak dapat
diketahui dengan pasti berapa sudah usia Negri Sambas. Usia sepanjang itu
merupakan pondasi yang kokoh untuk melanjutkan warisan budaya yang besar, dan
merupakan situs yang monumental untuk menghampar wisata sejarah. Sambas pada
kenyataannya telah menjadi tumpuan harapan untuk dapat menginspirasi kita agar
mampu belajar dari masa lalu, guna berkarya dimasa kini, dan untuk berfikir
kemasa depan . Sehingga apa yang menjadi tekat Sambas sebagai daerah terunggul
di Kalimantan Barat Tahun dapat
tercapai. Banyak kekayaan yang telah diwariskan oleh Kesulthanan ini , yang
kesemuanya itu menjadi catatan sejarah gemilang dan panjang tentang
kejayaannya. Untuk itu sebagai negri yang sudah berumur mempunyai sejarah
panjang mau tidak mau kita harus memilih suatu momen sejarah di sepanjang
sejarah kehidupan di negri Sambas sebagai momentum sejarah negri. Warisan itu ada yang
tetap dipertahankan , ada yang terpendam , namun ada pula yang telah terbenam.
Masih banyak orang Sambas yang melaksanakan adat dan budayanya , demikian pula
sangat banyak yang merindukannya , akan tetapi tidak sedikit pula yang telah
melupakannya dan tidak sempat untuk mengetahuinya.
B. Sekilas Sejarah
Kerajaan Sambas
Banyak
versi sejarah yang menceritakan tentang Kerajaan Sambas
1. Versi Lickzz@yahoo.com
Kesultanan Sambas
adalah kerajaan yang terletak di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat sekarang,
tepatnya berpusat di Kota Sambas. Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo
atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana
yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu
Rajanya mempunyai gelaran "Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh.
Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang
bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan
Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat
di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi. Pada masa
kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad
ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari
500 orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu
melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan
Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.Pada saat itu
di pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun
didiami oleh orang-orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan
orang-orang Dayak pesisir dimana karena saat itu wilayah ini sedang tidak
ber-Raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan Bangsawan
Majapahit ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik. Rombongan Bangsawan
Majapahit ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang
sekarang disebut dengan nama "Kota Lama". Setelah sekitar lebih dari
10 tahun menetap di "Kota Lama" dan melihat keadaan wilayah Sungai
Sambas ini aman dan kondusif maka kemudian para Bangsawan Majapahit ini
mendirikan sebuah Panembahan / Kerajaan hindu yang kemudian disebut dengan nama
"Panembahan Sambas". Raja Panembahan Sambas ini bergelar "Ratu"
(Raja Laki-laki)dimana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian
setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban,
setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh Adindanya yang bergelar
Ratu Sapudak. Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan
kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan VOC yaitu pada tahun
1609 M. Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan
Sultan Tengah (Sultan Sarawak ke-1) bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan Brunei
ke-9) datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian
menetap di wilayah Sungai Sambas ini (daerah Kembayat Sri Negara. Anak
laki-laki sulung Sultan Tangah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan
anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman
kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman. Raden Sulaiman inilah yang kemudian
setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru
yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama
bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun 1675 M. ……
Sebelum berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1675
M, di wilayah Sungai Sambas ini sebelumnya telah berdiri Kerajaan-Kerajaan yang
menguasai wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya. Berdasarkan data-data yang ada,
urutan Kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya
sampai dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia adalah :
1. Kerajaan Nek Riuh sekitar abad 13 M - 14 M.
2. Kerajaan Tan Unggal sekitar abad 15 M.
3. Panembahan Sambas pada abad 16 M.
4. Kesultanan Sambas pada abad 17 M - 20 M.
1. Kerajaan Nek Riuh sekitar abad 13 M - 14 M.
2. Kerajaan Tan Unggal sekitar abad 15 M.
3. Panembahan Sambas pada abad 16 M.
4. Kesultanan Sambas pada abad 17 M - 20 M.
Secara otentik
Kerajaan Sambas telah eksis sejak abad ke 13 M yaitu sebagaimana yang tercantum
dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca pada masa Majapahit (1365 M). Kemungkinan
besar bahwa Kerajaan Sambas saat itu Rajanya bernama Nek Riuh. Walaupun secara
otentik Kerajaan Sambas tercatat sejak abad ke-13 M, namun demikian berdasarkan
benda-benda arkelogis (berupa gerabah, patung dari masa hindu)yang ditemukan
selama ini di wilayah sekitar Sungai Sambas menunjukkan bahwa pada sekitar abad
ke-6 M atau 7 M di sekitar Sungai Sambas ini diyakini telah berdiri Kerajaan.
Hal ini ditambah lagi dengan melihat posisi wilayah Sambas yang berhampiran
dengan Selat Malaka yang merupakan lalu lintas dunia sehingga diyakini bahwa
pada sekitar abad ke-5 hingga 7 M di wilayah Sungai Sambas ini telah berdiri
Kerajaan Sambas yaitu lebih kurang bersamaan dengan masa berdirinya Kerajaan
Batu Laras di hulu Sungai Keriau yaitu sebelum berdirinya Kerajaan Tanjungpura.
2. Versi Muhammad Gade Ismail dalam thesisnya yang berjudul “ Politik
Perdagangan Melayu di Kesulthanan Sambas
Kalimantan Barat : Masa Akhir
Kesulthanan ( 1808 – 1818 ) mengatakan :
“ Hans Roef dikirim
untuk berdagang dengan kerajaan Sukadana dan disana ia berhasil mengumpulkan
sejumlah besar lapis besar dan intan. Verschoor mengirimkan Samuel Bloemaert
untuk menjemput Hans Roef. Samuel Bloemaert kembali ke Banten pada tanggal 13
Juni 1607 M dan memberi kabar bahwa Hans Reof yang merasa tidak aman di
Sukadana telah bertolak ke Patani, sebelum ia tiba disana.
Berhubungan perdagangan dengan pulau
Kalimantan dianggap menguntungkan Kompeni terutama karena hasil tambang, Raad
Van Banten , tanggal 12 Oktober 1608 M
memutuskan untuk mendirikan sebuah loji tetap di Sukadana. Samuel
Bloemaert diangkat menjadi kepala loji tersebut dengan tambahan tugas untuk
mengesahkan kontrak – kontrak perjanjian dengan raja – raja Banjarmasin, Landak
, Brunai , Sukadana dan Sambas
Raja yang memerintah kesulthanan Sukadana pada waktu Hans Roef tiba disana
ialah Prabu Giri Kesuma yang beristrikan Ratu Bungku, putri raja Landak. Dalam
bulan Januari 1609 M , Ratu Bungku membunuh suaminya dan ia menjadi penguasa
Sukadana dan sekaligus atas Landak.
Ratu Bungku terlibat peperangan dengan
kesulthanan Palembang yang mengirim puluhan perahu – perahunya untuk menguasai
tambang – tambang intan yang ada di Kesulthanan Landak. Ratu Bungku juga
terlibat peperangan dengan Adil, Sulthan Sambas . Meskipun Ratu Bungku sedang
mempertahankan diri dari serangan kesulthanan Palembang dan berperang dengan
Sambas, ia menolak tawaran untuk bekerjasama dengan kompeni Belanda.
Dibandingkan dengan Sukadana hasil padi
di Sambas lebih baik apalagi Sambas juga menghasilkan emas dan lapis besar yang
cukup banyak.Sulthan Adil dari Sambas membuat perjanjian persahabatan dengan
kompeni Belanda yang diwakili oleh Samuel Bloemaert. Dengan ditanda tanganinya
perjanjian itu Belanda memperoleh kebebasan untuk melakukan perdagangan di
Sambas tanpa dikenakan pajak dan mereka juga di izinkan untuk mendirikan sebuah
loji perdagangan di Sambas. Sebaliknya Belanda membantu Adil ( Sulthan Muhammad
Jalaluddin ) menghadapi musuhnya, Ratu Bungku dari Sukadana.
Untuk mengepalai loji di Sambas , Samuel
Bloemaert mengangkat Pieter Aertzoon, sedangkan ia sekali lagi berusaha untuk
mencoba mengadakan perjanjian dengan Ratu Bungku dari Sukadana. Ratu Bungku
tetap bersikeras menolak tawaran Belanda tersebut karena ia sangat tidak senang
kepada Belanda yang berusaha menanamkan pengaruhnya di Sukadana. Meskipun tanpa
bantuan dari Belanda , Ratu Bungku berhasil menangkis serangan Kesulthanan
Palembang dan ia juga dapat mempertahankan diri dari serangan Sambas. Loji
Belanda di Sambas terakhir dipimpin oleh Hendrik Vaak yang diangkat mengepalai
loji tersebut sejak tahun 1615 M . Pada tahun 1623 M , loji Belanda di Sambas
dengan resmi ditutup. Kompeni Belanda menyebutkan bahwa berhubungan keuntungan
yang diperoleh dari daerah ini tidak sebanyak dari diperhitungan semula , maka
loji itu terpaksa di tutup.”
3. Versi H.Abdullah Kadir yang ditulis di Pemangkat pada 10 Februari 1989, beliau pernah bekerja di kantor Sulthan Muhammad Mulia Ibrahim untuk mengisi waktu tua sebelum beliau wafat sempat menulis catatan sejarah berjudul “ Sekitar Kerajaan Sambas Alwatzikhubillah
Bersamaan dengan datangnya seorang mubalir
bernama Abdul Qadir keturunan Al Mustamsir Al Abbasi yang ikut menyiarkan agama
Islam ditanah air kita dan meninggal di Pasei 23 Rajab 822 H bersamaan dengan
15 Agustus 1419 M , datang pula dua orang bersaudara sepupu bernama Assyarif
Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat dan saudara sepupunya bernama Assyarif
Ahmad Maulana Al wastiq Billah Al Abbasi. Mereka lama juga berada di Pasei sambil
mempelajari bahasa Melayu dengan mempelajari huruf Arab – Jawi, dan dalam
menyiarkan agama Islam sambil belajar bahasa Melayu sampai pasih, kemudian
mereka meneruskan perjalanan kenegeri – negeri di Semenanjung seperti negeri
Patani , Malaka , Johor
Setelah beberapa lama kedua bersaudara itu berada di Johor, datanglah utusan dari Raja Kerajaan Brunai, ketika itu Rajanya bernama Sulthan Ahmad, bersamaan pula datang seorang utusan dari kerajaan Melayu , yaitu kerajaan Paloh dengan ibu kota bernama Ceremai, rajanya bernama Datuk Magat. Kedua utusan raja yang datang bersamaan pula menginginkan minta datang ke negerinya untuk dijadikan guru agama. Kedua bersaudara itu memutuskan keberangkatannya, yaitu Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat bersedia berangkat ke negeri Brunai dan Assyarif Ahmad Maulana Al Wastiq Billah Al Abbasi berangkat ke negeri Paloh Ceremai, mereka berangkat bersama – sama dengan utusan kedua negeri itu , masing – masing dengan tujuannya. Adapun kerajaan Brunai ketika itu sangat luas daerahnya disebelah Utara Kalimantan sampai di Sarawak dan Kerajaan Paloh dipesisir Kalimantan Barat dari Tanjung Datuk sampai Sungai Duri. Nasib baik bagi Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat setelah beberapa lamanya di Brunai Darussalam , dijadikan menantu oleh Sulthan Ahmad . Karena Sulthan Ahmad tidak memdapatkan zuriat putera laki – laki untuk mengantikan tahta kerajaan, hanya mendapat seorang putri bernama Dayang Siti Marhamah, maka tahta kerajaan diserahkan kepada menantunya itu Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat dengan gelaran Sulthan Sulaiman Syarif Ali digelar Sulthan Albarkat Syarif Hasan Assyarif Annami Albarkat ( kira – kira tahun 830 H atau 1427 M ).
Setelah beberapa lama kedua bersaudara itu berada di Johor, datanglah utusan dari Raja Kerajaan Brunai, ketika itu Rajanya bernama Sulthan Ahmad, bersamaan pula datang seorang utusan dari kerajaan Melayu , yaitu kerajaan Paloh dengan ibu kota bernama Ceremai, rajanya bernama Datuk Magat. Kedua utusan raja yang datang bersamaan pula menginginkan minta datang ke negerinya untuk dijadikan guru agama. Kedua bersaudara itu memutuskan keberangkatannya, yaitu Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat bersedia berangkat ke negeri Brunai dan Assyarif Ahmad Maulana Al Wastiq Billah Al Abbasi berangkat ke negeri Paloh Ceremai, mereka berangkat bersama – sama dengan utusan kedua negeri itu , masing – masing dengan tujuannya. Adapun kerajaan Brunai ketika itu sangat luas daerahnya disebelah Utara Kalimantan sampai di Sarawak dan Kerajaan Paloh dipesisir Kalimantan Barat dari Tanjung Datuk sampai Sungai Duri. Nasib baik bagi Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat setelah beberapa lamanya di Brunai Darussalam , dijadikan menantu oleh Sulthan Ahmad . Karena Sulthan Ahmad tidak memdapatkan zuriat putera laki – laki untuk mengantikan tahta kerajaan, hanya mendapat seorang putri bernama Dayang Siti Marhamah, maka tahta kerajaan diserahkan kepada menantunya itu Assyarif Ali Assyarif Hasan Abi Annami Albarkat dengan gelaran Sulthan Sulaiman Syarif Ali digelar Sulthan Albarkat Syarif Hasan Assyarif Annami Albarkat ( kira – kira tahun 830 H atau 1427 M ).
Adapun Assyarif Ahmad Maulana Al
Wastiq Billah Al Abbasi sesampainya di negeri Paloh Ceremai disambut baik oleh
Raja Paloh bernama Datuk Magat dan diterima oleh seluruh rakyat Paloh dengan
senang hati. Dalam menyiarkan dan mengembangkan agama islam, beliau lebih dulu
menanamkan ilmu tauhid, ilmu kebatinan ( tasauf ) serta mengajarkan budi
pekerti, akhlak yang mendalam , kemudian baru mengajarkan fiqih dll, apabila
muridnya sudah tamat belajar, dapat diandalkan menjadi seorang yang zuhud,
warak atau seorang mukmin yang sejati. Mana murid – muridnya yang sudah tamat
belajar diperintahkannya untuk meneruskan ajarannya kekampung – kampung luar
kota sampai dipelosok – pelosok kampung dalam kerajaan Paloh ini sambil
mendirikan masjid ditiap – tiap kampung itu. Apabila ada kesempatan beliau
dapat berkunjung ke kampung – kampung
setelah adanya masjid – masjid dan disanalah beliau menjadi imam dan
menyiarkan fatwa – fatwanya yang menjurus untuk mendekatkan diri dengan Tuhan
Allah S.W.T dan melarang pekerjaan – pekerjaan yang bertentangan dengan islam,
ajaran – ajaran yang sangat berkesan ialah mengajak insan kejalan yang diridhoi
oleh Tuhan antara lain berkata dengan benar, jujur, tidak boleh berbohong,
tetap menyampaikan amanah , tidak boleh khianat dalam segala perbuatan baik
yang disengaja atau tidak sengaja, ilmu tasauf yang mendalam, ilmu yakin,
haqqul yakin. Oleh rakyat Paloh beliau mendapat gelaran Guru Besar dan Wali
Allah. Setelah hamba rakyat kerajaan Paloh itu sebagian besar beragama Islam
sepuluh tahun kemudian beliau diambil oleh Raja Paloh untuk menjadikan
menantunya dan dikawinkan dengan puteri sulung bernama Siti Tanjung dan
diangkat menjadi Datuk Kadi di kerajaan Paloh. Beberapa tahun kemudian,
beliau kurang puas dengan jabatannya itu
, maka beliau mohon kepada ayahndanya untuk mendirikan sebuah negeri dipedalam
kerajaan Paloh itu dipertengahan Sungai Bantanan sebelah kanan mudik Sungai
Bantanan diperkampungan bernama Sekampung. Setelah mufakat dengan para menteri
dan penasehatnya Datuk Magat menyetujui permintaan menantunya itu, kejadian itu
diperkirakan bertepatan pada hari Jum’at
1 hari bulan Muharram 830 H atau ( 1 November 1426 H ) . Dibangun istana
raja dan diproklamirkan berdirinya Kota bernama Sambas dan yang menjadi raja
pertama ialah menantu Datuk Magat dengan gelaran Sulthan Syarif Ahmad Maulana
Tsafiuddin Alwatzikhubillah dan akhirnya kerajaan Paloh bersatu menjadi
kerajaan Sambas Alwatzikhubillah. Adapun nama Sambas itu adalah singkatan nama
dari bahasa Arab “ Assyamsu Al Abbasi
“ dimaksud dalam bahasa Indonesianya “ Matahari
Abbasi “ disingkat nama itu menjadi Sambas, seharusnya disebut Syambas ,
akan tetapi sudah menjadi kebiasaan lidah orang Sambas menyebutnya Sambas,
demikian Al Wastiq Billah menjadi Alwatzikhubillah.
Kita
beralih ke kerajaan Mojopahit di pulau Jawa ( 1293 – 1520 M ) . Dijaman
kejayaan Mojopahit hampir seluruh negeri – negeri dan kerajaan di Nusantara ini
dibawah kekuasaan kerajaan Mojopahit. Pada waktu itu hanya kerajaan Sambas yang
belum dapat dikuasai oleh kerajaan Mojopahit, mungkin letaknya ibu kota
kerajaan Sambas dipedalaman Kalimantan Barat. Kalau diserang banyak resikonya
antara lain banyak menyediakan perbekalan dan tentara dengan armada yang cukup
kuat , karena harus menempuh jalan laut yang jauh perjalanannya dan juga di
khawatirkan apabila Sambas diserang memakan waktu lama mungkin terjadi perang
gerelia yang berkepanjangan. Strategi perang negeri Sukadana dipesisir
Kalimantan Barat lebih dulu dikuasai dan apabila negeri Sukadana telah dikuasai
, maka dari situlah basis penyerangan ke negeri Sambas. Kejadian dikira tahun
1460 M . Dimasa kerajaan Mojopahit diperintah oleh Raja Prabu Hyang Purwawisesa
Brawijaya III ( 1456 – 1466 M ), setelah negeri Sukadana dikuasai ,
berangkatlah dari negeri Sukadana satu armada yang kuat dengan 1000 orang
prajurit dipimpin oleh Laksamana Hamangkurat . Aneh disepanjang pesisir dari
kerajaan Sambas sampai di Muara Sungai Sambas , tidak dijumpai perkampungan
penduduk, tidak dijumpai musuh yang akan diserang, Perjalanan diteruskan
menyusur Sungai Sambas masuk kepedalaman sampai diperkirakan letaknya negeri
Sambas dimana dikirakan letak istana raja Sambas, disitulah mereka berhenti dan
beristirahat
Setelah kurang lebih enam bulan lamanya Panglima berada disitu, timbullah hasratnya untuk kembali ke Jawa, akan tetapi pada suatu malam bertepatan malam Jum’at Kliwon , Panglima bermimpi didatangi seorang raja bangsa Arab berpakaian jubah kuning – putih pakai sorban bermahkota seperti seorang khalifah , dalam mimpi itu Panglima diberi tahu, supaya mendirikan istana ditempat peristirahatannya dan dirikanlah kerajaan bernama Sambas atau Negeri Kota Lama . Seterusnya Panglima menjadi rajanya sampai kepada turunan yang terakhir, kemudian raja terakhir itu diharuskan mengawinkan salah seorang putrinya dengan salah seorang pemuda berketurunan bangsawan dari negeri Brunai.
Setelah kurang lebih enam bulan lamanya Panglima berada disitu, timbullah hasratnya untuk kembali ke Jawa, akan tetapi pada suatu malam bertepatan malam Jum’at Kliwon , Panglima bermimpi didatangi seorang raja bangsa Arab berpakaian jubah kuning – putih pakai sorban bermahkota seperti seorang khalifah , dalam mimpi itu Panglima diberi tahu, supaya mendirikan istana ditempat peristirahatannya dan dirikanlah kerajaan bernama Sambas atau Negeri Kota Lama . Seterusnya Panglima menjadi rajanya sampai kepada turunan yang terakhir, kemudian raja terakhir itu diharuskan mengawinkan salah seorang putrinya dengan salah seorang pemuda berketurunan bangsawan dari negeri Brunai.
Penembahan Prabu Hamangkurat , Baginda memerintah kerajaan Sambas dengan baik ,
selamat, adil dan makmur diperkirakan tahun 1461 – 1490 M. Setelah Baginda
wafat digantikan oleh putranya bergelar Penembahan Prabu Kesuma Negara
diperkirakan tahun 1491 – 1525 M . Setelah kerajaan Mojopahit di Jawa jatuh
dikira tahum 1518 M , maka kerajaan Sambas Kota Lama terlepas dari Mojopahit
merdeka dan berdaulat. Dijaman pemerintahan putra Penembahan Prabu Kesuma
Negara bernama Penembahan Kesuma Yuda, Kerajaan Sambas Kota Lama bersahabat
dengan kerajaan Melayu Johor di
Semenanjung Malaysia, ada di sebut kerajaan Sambas Kota Lama mengantar upeti
tiap – tiap tahun ke Johor berupa emas urai , jamur kerang, tidak disebutkan
berapa banyaknya. Hubungan Sambas Kota Lama dengan pulau Jawa, Sumatra,
Malaysia, Kalimantan sendiri selalu terbuka, Pemerintahan Penembahan Kesuma
Yuda diperkirakan 1525 – 1562 M . setelah Penembahan Kesuma Yuda wafat
digantikan oleh putranya Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak diperkirakan
sekitar tahun 1562 – 1610 M membawa
perubahan yang menyeluruh karena kehendak masa yang telah ditentukan oleh Yang
Maha Kuasa Allah S.W.T. Dalam sejarahnya
pernah Penembahan Prabu Pangeran Ratu Sepudak mengadakan perjanjian dagang
dengan VOC Kompeni Belanda tahun 1609 antara lain disebutkan : Pertama sekali
Baginda Ratu Sepudak pada tanggal 2 Oktober 1609 telah membuat perjanjian dengan VOC dalam
mana perjanjian itu hanya menyebutkan bahwa Baginda Ratu tidak akan menjual
emas dan barang – barang hasil hutan kepada orang – orang Eropa dan yang lain –
lain, selain dari Kompeni Belanda .
Jadi nama
– nama Raja Sambas Hindu berasal dari Majapahit yang memerintah Negeri Sambas
dengan ibukota Kota Lama adalah :
1. Mangkubumi Penembahan Prabu Hamangkurat diperkirakan memerintah 1461 – 1490 M
1. Mangkubumi Penembahan Prabu Hamangkurat diperkirakan memerintah 1461 – 1490 M
2. Penembahan
Prabu Kesuma Negara diperkirakan memerintah 1491 – 1525 M
3. Penembahan
Kesuma Yudha diperkirakan memerintah
1525 – 1562 M
4. Penembahan
Prabu Pangeran Ratu Sepudak diperkirakan sekitar tahun 1562 – 1610 M
5. Penembahan
Ratu Anum Kesumayuda diperkirakan sekitar tahun
1610 - ………
4. Versi Ydt
Sulthan Muhammad Tsafiuddin II ,yang menulis buku berjudul Silsilah
Kerajaan Sambas ditulis dalam huruf Arab
Melayu atau Jawi pada malam Jum’at 14 Ramadhan 1321 H bersamaan dengan 4 Desember
1903 M
menjelaskan asal usul Raja Tengah :
Bismillahi
rakhmanir rakhim
Wabihi
nas tainu ala inilah silsilah raja yang kerajaan di negeri Brunai dinyatakan
oleh Datuk Imam Ja’kub ia mendengar dari pada Murhum Bungsu Sulthan Mahyudin
( )
dan Sri Paduka Maulana Sulthan Kamaluddin. Kedua raja itu menyuruh
menyuratkan datuk nenek moyangnya supaya diketahui oleh segala anak cucu cicitnya
yang sekarang ini dan dikemudian hari . Wallhu alam.
Fasal yang Pertama
Adapun
Pancur titisan Raja Brunai yang masuk di Sambas yaitu asal mulanya
Sulthan
Muhammad beranak perempuan berlakikan menteri raja Cina bernama Awang San Ting
digelar Sulthan Ahmad beranak perempuan berlakikan tuan Syarif Ali Bin Hasan
Bin Ummi Ibni Barkat pancaran Amir Hasan cucu Rasulullah S.A.W datang dari
Negeri Thaib di gelar
1.
Sulthan
Barkat beranakan
2.
Sulthan
Sulaiman beranakan
3.
Sulthan
Bulqiyah beranakan
4.
Suthan
Abdul Qohhar beranakan
5.
Sulthan
Syaiful Rijal beranakan
6.
Sulthan
Syah Brunai beranakan
7.
Sulthan
Hasan beranakan
8.
Sulthan
Abdul Jalil Akbar beranakan
9.
Raja
Tengah ( artinya anak yang tengah )
Fasal yang Kedua
Adapun puteranya
Paduka Sri Sulthan Abdul Jalil Akbar yang bernama Raja Tengah sangat gagah
beraninya . Tiada berlawan serta dengan nakalnya barang tiada berketahuan
setelah dilihat oleh kakandanya itu yaitu Sulthan Abdul Jalil Jabbar maka
bagindapun duka cita karena tiada siapa berlawan dengan dia, hatta maka
dipanggil oleh kakaknda Baginda Sri Titah Baginda hai saudaraku kakanda ini
dengan rahmat Allah Ta’ala menjadi Raja dalam negeri Brunai, akan adindapun
hendak kakanda rajakan juga, maka hati kakanda baharulah suka karena kita ini
sama juga anak Marhum, maka sembah Raja Tengah adapun patik ini hamba bawah
duli, maka titah patik junjung, tiadalah ia tahu akan dirinya hendak
dikeluarkan dari Negeri Brunai, setelah demikian titah kakanda baginda baiklah
adinda kanda rajakan di Serawak dan bawa oleh adinda sakai sendiri seribu akan
teman adinda, maka sembah Raja Tengah mana titah patik junjung, maka iapun
berlayar ke Serawak. Syahdan tiada berapa lamanya Raja Tengah di Serawak dan
lalu menyuruh berbuat istana dan kota serta menjadikannya seorang Temenggung
maka baginda sendiri lalu berlayar ke Johor hendak bertemu dengan Raja Bunda
karena Raja Bunda itu Saudara Murhum Tua diperistri oleh Paduka Sri Sulthan
Abdul Jalil di Negeri Johor ……………….”
Fasal yang Ketiga
Adapun Raja Tengah
takkala di Negeri Sukadana terlalulah ia merendahkan dirinya kepada Paduka
Sulthan Muhammad Tsafiuddin , maka Sri Paduka Sulthan pun kasihanlah pada Raja
Tengah dibuatnya seperti saudaranya betul, maka adalah suatu hari Sri Paduka
Sulthan Muhammad Tsafiuddin pun berpikir dalam hatinya melihat budi pekerti
Raja Tengah yang terlalu baik maka pikir Sulthan baiklah aku jadikan dengan
saudaraku yang bernama Ratu Surya, telah sudah habis pikirannya itu maka pada
ketika yang baik dan waktu yang baik maka Raja Tengah pun dikawinkanlah dengan
Ratu Surya, bagaimana istiadat segala raja – raja bekerja bergawai demikianlah
juga pekerjaan itu, maka telah sudah yang demikian itu , hatta beberapa lamanya
telah berkasih – kasihan Raja Tengah itu laki istri , maka ada pada suatu hari
maka Raja Tengah pun mufakat ia laki istri bicarakan hendak berkunjung duduk di
tanah Sungai Sambas, maka pergilah ia menghadap kedua laki istri itu pada Duli
Sulthan, maka Raja Tengah pun berdatang sembah ke bawah Duli Sulthan Muhammad
Tsafiuddin maka sembahnya jikalau ada kiranya ampun kurnia duli tuanku patik
pohonkanlah akan tinggal duduk di Sungai Sambas, maka Sulthan pun diam ia
ketika itu tiada berkata – kata , maka Raja Tengah pun telah kembali pulang
kerumahnya kedua laki istri, maka sepeninggalan Raja Tengah pulang maka Sulthan
pun bertitah menyuruh memanggil segala menteri – menteri hulu balang punggawa sekalian,
maka telah berhimpunlah akan segala menteri hulu balang dan punggawa itu
menghadap duli Sulthan , maka titah Sulthan bagaimana kiranya segala menteriku
ini akan hal Raja Tengah datang ia kepadaku hendak meminta duduk di Sungai
Sambas, maka sembah sekalian menteri hulu balang dan punggawa sepatutnyalah
akan seperti permintaan Paduka Adinda Raja Tengah itu bertambah lagi Raja
Tengah itu jadi ipar bawah duli tuan patik dan istrinya itu saudara duli patik
yang sepatutnya juga paduka adinda itu duduk disana lagi pun jika ada kesusahan
dan kesakitan boleh juga minta tolong kepada Paduka Adinda itu, maka setelah
sudah semufakat bicata, maka Raja Tengah pun pergilah pula ia menghadap Sri
Paduka Sulthan , maka titahnya seperti Paduka adinda laki istri hendak minta
duduk di tanah Sungai Sambas sebaik – baiknyalah dan sepatut – patutnyalah juga
adinda duduk disana, maka jangan tiada – ada melainkan kita bertolong –
tolongan kelak barang tiap – tiap suatu hal yang kesusahan dan kesakitan jangan
sekali – kali lupa dan lalai selama – lamanya akan titah Sri Paduka Kakanda
itu, maka sembah Raja Tengah atas titah itu Insya Allah Ta’ala serta dengan
berkat daulat Duli Tuan, aku mudah –
mudahan jangan menaruh lupa dan lalai akan serta titah itu, setelah yang sudah
demikian itu, maka Raja Tengah pun kembali kedua laki istri ke rumahnya, maka
Sulthan pun sudah pertaruhkan akan saudaranya Ratu Surya kepada Raja Tengah,
maka ketika itu Raja Tengah sudah dapat lima orang putera tiga laki – laki dua
perempuan yang tuanya laki – laki bernama Raden Sulaiman yang kedua bernama
Raden Badaruddin yang ketiga bernama Raden Abdul Wahab yang keempat bernama
Raden Rasmi Puri dan yang kelima bernama Raden Ratnawati, maka mereka sudah
siap sekalian kelengkapan, maka keluarlah dari Sukadana dengan empat puluh
haluan perahu dengan cukup alat senjata dan penuh orangnya serta membawa
istrinya dan lima orang putranya itu kemudian tiada berapa lamanya di laut maka
sampailah di Sungai Sambas, Sekalian itu perahu empat puluh buah dengan
berkeselamatan semuanya tiada satu apa – apa mara bahayanya dan berhimpunlah
berlabuh di Kota Bangun, berbuat dusun di situ , hatta beberapa lamanya Raja
Tengah duduk istirahat disitu maka anaknya yang bernama Raden Sulaiman pun
dipinangkan oleh ayahnda baginda itu kepada Mas Ayu Bungsu putrinya Ratu
Sepudak yang tinggal di Kota Lama jadi ipar oleh Ratu Kesuma Yuda yang
bernegeri di Kota Lama. Maka setelah putuslah bicaranya maka segeralah
dikawinkan oleh ayahnda baginda semufakat dengan Sri Paduka Ratu Kesuma Yuda bagaimana
istiadat raja – raja berkawin, maka telah selesai dari pekerjaan berkawin maka
duduklah Raden Sulaiman dengan istrinya serta berkasihan kedua laki istri
kemudian sudah berapa lamanya Raja Tengah duduk beristirahat lepas dari pada
mengawinkan anaknda Raden Sulaiman itu, maka iapun pikirlah hendak pergi
berlayar ke Serawak. Hatta pada suatu hari mufakatlah ia kedua laki istri
hendak berlayar ke Serawak kembali lalu bermohon kepada Ratu Kesuma Yuda laki
istri serta menyerahkan paduka anaknda Raden Sulaiman laki istri kepada Ratu
Kesuma Yuda laki istri minta disuruh perintah diperbuat seperti saudara
sendiri, kemudian Raja Tengah pun berlayar dari Sambas pergi ke Serawak setelah
sampai ke Batu Buaya di Kuala Serawak Raja Tengah pun turun ke sampan minta
dikayuhkan kepada seorang sakai gila, bertiga dengan budak membawa keris,
setelah datang ke darat ia pun bertengger di atas batu hendak buang air, maka
oleh sakai itu ditikamnya dengan tempuling kena rusuk baginda, maka baginda pun
terkejut lalu mengambil keris pada tangan budak itu dipancungnya batang
tempuling itu dan sakai itu dan budak yang membawa keris itu pun dipancungnya
juga sudah itu lalu baginda pulang ke perahu, setelah Petinggi dan Temenggung
mendengar baginda sudah di Kuala, maka keduanya hilir menyambut baginda lalu
dibawanya pulang ke istana, setelah sampai ke istana maka baginda pun
mangkatlah kemudian setelah selesai dari memeliharakan matinya Raja Tengah ,
maka Ratu Surya dengan empat orang putranya kembali ke Negeri Sukadana dan
berapa lamanya sudah datang di Sukadana maka Raden Badaruddin digelar oleh
Sulthan Sukadana Pangeran Mangkunegara sudah lama – lama jadi Panembahan pula,
Sudah jadi Panembahan barulah baginda itu ke Brunai menghadap nanda Baginda
Sulthan Mahyudin itulah adanya."
Fasal Ketujuh
“ …….. Maka petinggi
yang bertiga itupun segeralah mudik menyinggahi Raden Sulaiman di Kota Bandir
serta sampai lalu naik menghadap Raden Sulaiman laki isteri, maka sembahnya
patik ini dititahkan oleh Sri Paduka Kakanda Ratu Anum Kesuma Yudha, menyilakan
duli tuanku ilir mendapatkannya ke Kota Bangun, karena Sri Paduka Kakanda ini
hendak bertemu duli tuanku laki isteri hendak menyerahkan negeri ini kepada
duli tuanku, karena Sri Paduka Kakanda itu hendak pindah diam di Sungai
Selakau, lagi berhenti sebentar di Kota Bangun sekedar menanti datangnya duli
tuanku laki isteri saja, maka berkata pula Mas Ayu Bungsu itulah rupanya bapa
–bapa semua ini sesungguhnya hendak menipu kami dan memperdaya kami berdua
dengan Raden Sulaiman ini, maka sembah petinggi yang bertiga itu, Ya tuanku
ampun beribu ampun kebawah duli tuanku, tiada sekali – kali jikalau patik nama
durhaka dan celaka, maka kata Raden Sulaiman maukan bapaku ini bersumpah, maka
sembahnya mau, Patik bertiga bersumpah , maka Raden Sulaiman dua laki isteri,
hai bapaku janganlah bapaku bersumpah, maka jika benar serta lagi betul sungguh
bapaku menolong kami, serta hendak memelihara kami ini maka mintalah kami akan
segala anak bini bapa semua dan segala saudara bapak yang perempuan sekalian
akan pergi ia bersama – sama ia ilir menghadap Ratu di Kota Bangun, barangkali
semua bapak akan mendurhaka, biarlah nanti kubunuh ia semuanya, maka sembah
patik itu baiklah mana – mana titah perintah duli tuanku patik junjung, maka
masing – masing ia membawa anak bininya pergi bersama – sama dengan Raden
Sulaiman laki isteri pergi menghadap Sri Baginda Ratu di Kota Bangun, maka
setelah itu iapun hilirlah sekalian serta sampai di Kota Bangun maka Raden
Sulaiman laki Isteri menghadap Ratu laki isteri didalam perahu kenaikannya,
maka titah Ratu pada Raden Sulaiman adalah yang Kakanda sekarang itu hendak
tinggal diam di sungai Selakau, adapun dari ini negeri Sri Paduka serahkan
kepada Paduka Dinda laki isteri yang memerintahnya atas tiga orang petinggi itu
dengan sekalian rakyat mana – mana kata Paduka Adinda laki isteri, maka sembah
Raden Sulaiman laki Isteri mana titah melaikan dijunjung, kemudian Raden
Sulaiman pun kembali keperahu, maka ketiga petinggi pun berperiksa pada Raden
Sulaiman apa titahnya Ratu, maka kata Raden Sulaiman hai bapa – bapaku sekalian
ini adalah kita dititahkan oleh Sri Paduka Baginda Ratu menunggu negeri dan
memeliharakan negeri, maka sembah menteri tiga orang itu jika demikian baiklah
tuanku kita akan menjunjung juga dari pada senjatanya, maka Raden Sulaiman pun
menghadap pula ia dua laki isteri dengan
serta juga menteri yang bertiga, maka Raden Sulaiman pun lalu ia berdatang
sembah menjunjung senjata akan menjaga negeri maka lalu dikaruniai oleh Ratu dua
pasang meriam dan lela sepasang dengan obat pelurunya, maka setelah itu Sri
Paduka Baginda Ratu pun hendak sudah hamper akan berangkat serta berpadah ia
kepada Raden Sulaiman laki isteri dan kepada segala menteri – menteri serta
berpesan akan segala aturan negeri dan segala menteri – menteri dan rakyat
sekalian peliharakan baik oleh Raden Sulaiman serta dengan menteri yang bertiga
ini jangan sekali – kali ia berselisih akan barang yang teradat didalam suatu
pekerjaan ynang telah ada sudahnya maka selesaikanlah ia dari pada itu, maka
Ratupun hendaklah hilir, maka Raden Sulaiman laki isteri berjabat tanganlah
Ratu laki isteri serta juga lalu bertangisanlah semuanya akan bertolak
belakang, Ratu pun hilir, Raden Sulaiman pun mudik tiada berhenti lagi sehingga
sampailah juga ke Kota Bandir maka Ratu pun sampailah juga ke Selakau … “
Pasal
Yang Kesebelas
Syahdan perceritaannya dari Sri Paduka yang pertama memerintahkan
Kerajaan dalam daerah negeri Sambas yaitu Sri Paduka Sulthan Muhammad
Shafiuddin bin Raja Tengah bin Sulthan
Abdul Jalil Akbar bin Sulthan Hasan bin Sulthan Syah Brunai bin Sulthan
Saiful Rizal bin Sulthan Abdul Qahhar bin Sulthan Bulqiyah bin Sulthan Sulaiman
bin Sulthan Barkat bin Hasan bin Abi Ummi Ibnu Barkat pancur Amir Hasan cucu
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam dari negeri Taif maka adalah namanya
batang tubuh tubuhnya itu Sulthan Barkat – Syarif Ali ia kawin dengan anak
Sulthan Ahmad Brunai takkala Sulthan Ahmad meninggal dunia maka Syarif Ali di
gelar Sulthan Barkat karena itu Syarif Ali bangsanya bernama Barkat dan adapun
itu Sulthan Muhammad Shafiuddin nama batang tubuhnya Raden Sulaiman ia
dilahirkan di Sukadana pada hari Rabu
waktu Zuhur kepada Sepuluh Hari Bulan Syawal 1009 tahun seribu Sembilan kepada
tahun Nun. Kemudian itu Raden Sulaiman digelar Sulthan Muhammad Shafiuddin kepada hari senin sepuluh hari bulan
Zulhijjah sanah 1040 tahun seribu empat puluh tahun Nun dan kembali
kerahmatullah Ta’ala kepada hari Jum’at pada Lima hari bulan Al-Muharram 1081
tahun seribu delapan puluh satu kepada tahun Nun. .....................
5. Versi
Jabatan Pusat Sejarah Brunai : Menurut Hubungan Silsilah Kesulthanan Sambas dan
Brunai
“
Kesulthanan Brunai dimulai dari seorang raja bernama Sulthan Muhammad ( 1363 -
1402 M ). Baginda hanya mempunyai seorang putra bernama Abdul Majid Hasan dan
seorang putri bernama Putri Ratna Dewi. Putri Ratna Dewi oleh Baginda
dikawinkan dengan seorang muallaf berasal dari keturunan Cina bernama ONG SUM
PING. Setelah Sulthan Muhammad Wafat, Baginda digantikan oleh putranya yang
bernama Abdul Madjid Hasan , sebagai
Sulthan Brunai dengan gelar Sulthan Abdul Madjid Hasan memerintah Brunai ( 1402
– 1408 M ). Setelah Sulthan Abdul Madjid
Hasan wafat, karena Baginda tidak mempunyai seorang putra mahkota maka
sebagai penggantinya diangkatlah ONG SUM PING sebagai Sulthan Brunai
dengan gelar Sulthan Ahmad
yang memerintah ( 1408 – 1425 M ). Dari perkawinannya
tersebut Sulthan Ahmad dikaruniai seorang putri bernama Putri Ratna Kesuma,
kemudian dinikahkannya dengan seorang bangsawan Arab yang baru datang dari
negeri Thaib ( Mekah ) bernama Syarif Ali Bin Hasan Bin Anami Bin Barkat
Pancaran Amir Hasan Cucu Rasulullah, yang kemudian menjadi Sulthan Brunai
bergelar Sulthan Barkat memerintah Brunai tahun ( 1425 – 1432 M ). Sulthan Barkat kemudian
digantikan oleh putranya bernama Sulthan Sulaiman memerintah negeri Brunai
tahun ( 1432 – 1485 M ). Sulthan Sulaiman kemudian digantikan oleh putranya
bernama Sulthan Bolqiah memerintah Brunai ( 1485 – 1524 M ). Selanjutnya
Sulthan Bolqiah digantikan oleh putranya bernama Sulthan Abdul Kahar memerintah
( 1524 – 1530 M ). Sulthan Abdul Kahar digantikan oleh putranya bernama Sulthan
Saiful Rijal memerintah Brunai Tahun ( 1533 – 1581 M ). Sulthan Saiful Rijal
mempunyai 3 orang putra masing – masing bernama Pangeran Shan Brunai , Pangeran
Muhammad Hasan dan Pangeran Muhammad. Setelah Baginda mangkat maka diangkatlah
Pangeran Shah Brunai menjadi Sulthan dengan gelar Sulthan Shah Brunai
memerintah tahun (1581 – 1582 ), Karena Sulthan Shah Brunai tidak mempunyai
putra maka diangkatlah adiknya Pangeran Muhammad Hasan menjadi Sulthan dengan
Gelar Sulthan Muhammad Hasan yang
memerintah negeri Brunai tahun ( 1582 – 1598 M ), sedangkan adiknya Pangeran
Muhammad diangkat menjadi Pangeran Bendahara. Sulthan Muhammad Hasan mempunyai
3 orang putra masing – masing bernama Pangeran Abdul Jalilul Akbar, Pangeran
Raja Tengah dan Pangeran Muhammad Ali. Setelah Sulthan Muhammad Hasan Wafat
maka diangkatlah Pangeran Abdul Jalilul Akbar menjadi Sulthan dengan gelar
Sulthan Abdul Jalilul Akbar memerintah negeri Brunai ( 1598 – 1659 M ).”
Dari keterangan
hubungan silsilah Kesulthanan Sambas dan Kesulthanan Brunai mengatakan bahwa
Raja Tengah adalah anak dari Sulthan Muhammad Hasan dan Sulthan Abdul Jalil
Akbar adalah abang Raja Tengah, dan Sulthan Abdul Jalil Jabbar adalah anak
Sulthan Abdul Jalil Akbar jadi sepupu Raja Tengah. Sedangkan menurut Sulthan
Muhammad Tsafiuddin II, ayah Raja Tengah adalah Sulthan Abdul Jalil Akbar dan
abangnya adalah Sulthan Abdul Jalil Jabbar. Dari perbedaan tersebut penulis
lebih cenderung membenarkan versi Brunai karena yang terdapat dalam silsilah
hubungan Silsilah Kesulthanan Sambas dan Kesulthanan Brunai telah mengalami
penelitian oleh Jabatan Pusat Sejarah Brunai dan telah diakui secara resmi oleh
Kesulthanan Brunai. Sedangkan menurut versi Sulthan Muhammad Tsafiuddin II
terdapat beberapa kelemahan seperti pada tulisan bab awal “Sulthan Saiful Rijal
beranakan Paduka Sri Sulthan Syah Brunai takkala baginda itu mangkat maka
kerajaan pula saudara Baginda Paduka Sri Sulthan Hasan ia digelar Marhum
Tanjung “
Tulisan ini
bertentangan dengan tulisan yang terdapat pada pasal pertama “
Sulthan
Syaiful Rijal beranakan
Sulthan
Syah Brunai beranakan
Sulthan
Hasan beranakan
Sulthan
Abdul Jalil Akbar beranakan
Raja
Tengah artinya anak yang tengah
Dari
keterangan yang bertentangan tersebut di bagian awal menyatakan bahwa Sulthan
Saiful Rijal adalah ayah dari Sulthan
Syah Brunai dan Sulthan Hasan sedangkan pada pasal yang pertama
menyatakan bahwa Sulthan Syah Brunai beranakan Sulthan Hasan dari perbedaan
tersebut maka penulis berkesimpulan bahwa kejadian pada pasal yang kedua itu
sama kasusnya dengan kejadian diatas dan dapat di simpulkan bahwa ayah Raja Tengah adalah Sulthan Hasan
dan Sulthan Abdul Jalil Akbar adalah abangnya .
6. Versi Ib Larsen
, Januari 2012 dalam tulisannya yang
berjudul
SULTAN
PERTAMA SARAWAK DAN HUBUNNGANYA DENGAN DINASTY BRUNEI DAN SAMBAS 1599 – 1826:
Sedikit Sejarah yang diketahui sebelum era Brooke. Menerangkan bahwa;
“ Menurut
catatan di Brunei, Raden Sulaiman hanya mengirim seorang pengirim pesan kepada
pamanda baginda Sultan Brunei, Sultan Abdul Jalilul Akhbar untuk mendapakan
gelar “Sultan”. Tetapi kemudian dilanjutkan bahwa “kedatangan Raden Sulaiman ke
Brunei” telah diterima dengan baik, dan bahwa gelar Sultan yang dianugerakan
kepada Raden Sulaiman dilaksanakan dalam ucapara yang megah, dihadiri oleh
Sultan Brunei. Kemudian, catatan tersebut menyebutkan bahwa anaknda Baginda,
Raden Bima “mengikuti upacara yang sama seperti Ayanda baginda, yaitu menjalani
suatu prosesi di Brunei”. Jadi mungkin saja tidak hanya si pengirim pesan, tapi
Raden Sulaiman sendiri yang berkunjung ke Brunei untuk mendapatkan gelar.
Christopher Buyers dalam bukunya “Royal Ark” bahkan menyebukan tanggal peristiwa
yaitu 20 Agustus 1630, dalam ” Buyers,
Christopher: "The Royal Ark - Royal and Ruling Houses of Africa, Asia,
Oceania and the Americas", www.4dw.net/royalark/Indonesia/Sambas2.htm.
Versi The Ark Royal
1582 - 1598 HH Sri
Paduka Sultan Muhammad Hassan Ibni al-Marhum Sultan Saif ul-Rijal Nur ul-Alam
[Al-Marhum di Tanjong Cheindana], Sultan dan Yang di-Pertuan dari Dar Brunei
kita-Salam, anak HM Paduka Sri Sultan Saif ul-Rijal Nur ul-Alam Al-Marhum Ibni
Paduka Sri Begawan Sultan 'Abdu'l Kahar Jalil ul-Alam, Sultan dan Yang
di-Pertuan dari Dar Brunei kita-Salam, educ. pribadi. Digantikan pada kematian
atau pelepasan saudara tuanya, 1582. Tenang beberapa propinsi dan
dikonsolidasikan kerajaan atas sebagian besar Kalimantan. m. (Pertama) putri.
m. (Kedua) putri. m. (Ketiga) putri. m. (Keempat) Putri Sulu, putri HH Paduka
Maulana Maha Sri Sultan Shah Muhammad al-Halim Buddiman, Sultan Sulu, oleh
istrinya, Putri Brunei, putri HH Paduka Sri Begawan Sultan 'Abdu'l Kahar Jalil
ul-Alam al Ibni -Marhum Sultan Bolkiah Shah Alam. m. (A) istri kemudian Orang
Kaya di-Gadong. Ia d. di Tanjong Cheindana Palace, Chermin pulau, 1598 (bur.
Tanjong Cheindana), yang telah memiliki masalah:
* 1) Y.A.M. Raja Tua 'Abdu'l Jalil, yang
berhasil sebagai HH Paduka Sri Sultan Sultan' Abdu'l Jalil ul-Akbar Ibni
Al-Marhum Sultan Muhammad Hassan, Sultan dan Yang di-Pertuan dari Dar Brunei
kita-Salam - lihat di bawah. Copyright © Pembeli Christopher
* 2) Y.A.M. Raja Tengah Ibrahim *. Diusir
dari Brunei karena bersengketa dengan saudara tuanya, Sultan Jalil ul-Jabbar.
Berwisata ke Johor dan Sukadana, yang akhirnya membentuk kekuasaann di Sarawak, dengan gelar 'Ali Shah Sultan Anum Umar Ibrahim. m.
(Pertama) Y.A.M. Raja Baka, Ratu Suriya Kusuma, putri HH Sri Paduka sebuah
Sultan Muhammad Taj ud-din, Sultan Sukadana dan Panembahan dari Landak. m.
(Kedua) di Matan, Y.A.M. Putri Matan, putri penguasa Matan. Dia k. oleh salah
satu pengikutnya, di Santubong, Sarawak, ca. 1641 (bur. sana), yang telah
memiliki masalah, lima putra dan tiga putri:
o) Y.A.M. Radin Sulaiman, yang
menjadi HH Sri Paduka al-Sultan Tuanku
Muhammad Saif ud-din saya Ibni
Al-Marhum 'Ali Sultan Anum Ibrahim Umar Shah, Sultan Sambas (s / o Ratu
Suriya Kusuma) - lihat Indonesia (Sambas).
o b) Y.A.M. Radin Bahar ud-din,
Pangiran Bendahara Sri Maharaja
(cre. 20 Agustus 1630) (s / o Ratu Suriya Kusuma).
o c) Y.A.M. Radin 'Abdu'l Wahab [Raja
Ludin], Pangiran Temenggong Jaya
Kusuma (cre. 20 Agustus 1630) (s / o Ratu Suriya Kusuma). Dia
memiliki
masalah, anak laki-laki:
+ I) Y.M. Radin Ahmad, Pangiran
Bendahara Sri Maharaja Sambas.
o d) Y.A.M. Pangiran Mangku Negara
dari Matan (s / o Putri Matan).
o) Y.A.M. Radin Rasmi Putri, Pangiran
Sari (d / o Ratu Suriya Kusuma).
o b) Y.A.M. Radin Ratnavati (d / o
Ratu Suriya Kusuma).
* 3) Y.A.M. Raja Muhammad Ali, yang berhasil
sebagai HH Paduka Sri Sultan Sultan Haji Muhammad Ali Ibni Al-Marhum
Sultan Muhammad Hassan, Sultan dan Yang di-Pertuan dari Dar Brunei kita-Salam
- lihat di bawah.
* 4) Y.A.M. Pangiran di-Gadong Besar (anak
oleh istri maka Orang Kaya di-Gadong).
Dia punya masalah:
o) Y.A.M. Pangiran Maharaja Laila.
Copyright © Pembeli Christopher
* 5) Y.A.M. Raja Bungsu, Pangiran Adipati
Agung, yang berhasil sebagai HH Paduka Maulana Sri Sultan Maha Muwali al-Wasit Shah, Sultan Sulu
(s / o Putri Sulu) lihat Filipina (Sulu).
* 6) Y.A.M. Pangiran Shahbandar Maharaja
Laila (s / o Putri Sulu).
* 7) Y.A.M. Pangiran Paduka Tuan Haji
Matserudin Ibni Al-Marhum Sultan Hassan
* 8) Y.A.M. Pangiran Ahmad.
C. Penentuan
Momen Hari Jadi Ibu Kota Sambas
Dari lima versi
tentang sejarah kerajaan Sambas yang mempunyai bukti tertulis dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
menurut penulis adalah versi Ydt Sulthan Muhammad
Tsafiuddin II ,yang menulis buku berjudul Silsilah Kerajaan Sambas ditulis
dalam huruf Arab Melayu atau Jawi pada malam Jum’at 14 Ramadhan 1321 H bersamaan dengan 4
Desember 1903 M. Pada
buku tersebut jelas mencantumkan tanggal
, bulan, tahun dan tempat pada momen penobatan Raden Sulaiman sewaktu diangkat
menjadi Sulthan di Sambas. Buku tersebut juga merupakan buku yang resmi
dikeluarkan oleh Kesulthanan Sambas. Kesulthanan
Sambas Islam pertama kali didirikan oleh Raden Sulaiman bin Pangeran Raja
Tengah pada 10 Zulhijjah 1040 H di Lubuk Madung .
Raden Sulaiman
oleh para kerabat dan petinggi – petinggi negeri di Daulat untuk memimpin
Sambas yang ditinggalkan oleh abang iparnya Ratu Anum Kesumayuda ,
beliau digelar
dengan nama Sulthan Muhammad Tsafiuddin. Sejak saat itu Lubuk Madung dijadikan
sebagai ibu kota Kerajaan. Lubuk Madung itulah merupakan cikal bakal kota
Sambas yang sekarang ini. Seiring perjalanan waktu Kesulthanan Sambas Islam
yang diperintah oleh Sulthan Pertama yaitu Sulthan Muhammad Tsafiuddin sampai Sulthan terakhir yaitu Sulthan
Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin sangat dikenal oleh negeri – negeri
tetangganya sampai akhirnya runtuh pada tahun 1943 M dengan dibunuhnya Sulthan
Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin oleh tentara pendudukan Jepang , maka berakhir
pulalah masa kesulthanan.
Dengan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sambas berubah menjadi sebuah
Kabupaten dengan kota Sambas sebagai ibu kota kabupaten , kemudian pada tahun
1956 karena kepentingan politik ibu kota
kabupaten Sambas yang berada di Sambas di pindahkan ke Singkawang , Kota Sambas
berubah status menjadi ibukota Kecamatan
Sambas. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan politik di Indonesia yang
berubah – ubah mulai dari pemerintahan Orde Lama , Orde Baru dan sampai sekarang
pada masa reformasi , kembali kota Sambas berubah status karena pemekaran Kabupaten Sambas menjadi dua
Kabupaten dan satu Kota Administratif yaitu
Kabupaten Sambas berkedudukan di Sambas , Kabupaten Bengkayang berkedudukan di
Bengkayang dan Singkawang sebagai Kota Administratif .
Berdasarkan
perkembangan sejarah seperti yang dikemukakan diatas , Kota Sambas sejak dibuka
oleh Raden Sulaiman dan dijadikan ibukota Kerajaan , sampai pada masa NKRI
dimana kota Sambas yang semula dijadikan ibukota Kabupaten , kemudian karena
kepentingan politik kota Sambas diturunkan statusnya menjadi ibukota Kecamatan
dan sampai sekarang Kota Sambas dinaikkan statusnya lagi menjadi ibukota
Kabupaten, sejak bergabung dengan NKRI tidak pernah seorang pemimpin yang memimpin
Sambas untuk menggali dan menjadikan momen pendirian Kota Sambas sebagai dasar
untuk dijadikan sebagai momentum Hari
Jadi Sambas .
Bertolak dari
kenyataan tersebut , maka penulis beserta masyarakat yang bernaung dibawah
Forum Peduli Sambas , ingin mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas untuk menjadikan hari berdirinya Kesulthanan Sambas Islam sebagai momen bersejarah dalam bentuk Hari Jadi Kota Sambas dan
dituangkan dalam peraturan daerah .
Penentuan Hari Jadi Kota
Sambas bertujuan untuk menunjukkan
identitas Sambas sebagai sebuah daerah
yang usianya terbilang tua dan setara dengan beberapa daerah lain yang ada di
Indonesia . Selama ini, pemerintah hanya
memperingati HUT Kemerdekaan Republik
Indonesia dan HUT provinsi Kalimantan Barat saja,
sehingga identitas Sambas itu sendiri
seolah terlupakan. Oleh karena itulah, akhirnya penulis dan masyarakat yang benaung dibawah Forum
Peduli Sambas berinisiatif untuk mengusulkan peringatan Hari Jadi Kota Sambas
untuk di buat Peraturan Daerah . Dengan adanya Peraturan Daerah tentang Hari
Jadi Sambas dapat dijadikan sebagai payung hukum untuk
mengembangkan budaya, olah raga dan pariwisata di Kabupaten Sambas.
Berdasarkan sejarah berdirinya Kesulthanan
Sambas Islam , kami mengusulan momen yang tepat untuk dijadikan sebagai
penentuan hari Jadi Sambas adalah pada
saat Raden Sulaiman di nobatkan menjadi Sulthan Sambas Islam yang pertama pada
tanggal 10 Zulhijjah 1040 H yang
bertempat di Lubuk Madung , dan Kota Lubuk Madung merupakan cikal bakal kota
Sambas yang sekarang . Dari sejarah yang telah dijabarkan diatas bermula dari
perjalanan Raja Tengah ke Sambas , kemudian sampai perjuangan Raden Sulaiman
mendirikan sebuah dinasti baru di Sambas yang diberi nama Kesulthanan Sambas
Islam dapatlah diambil sebuah kesimpulan untuk
penetapan hari jadi kota Sambas yaitu
berdasarkan tanggal penobatan Raden Sulaiman menjadi Sulthan Sambas
Islam Pertama yaitu 10 Zulhijjah 1040 H di Lubuk Madung yang di konfersikan dengan
menggunakan Based on Hijrah/Islamic Calender to Gregorian Calender at www.islamicity.com
bertepatan dengan 9
Juli 1631 M.
Jadi
9 Juli dapat dijadikan sebagai
Hari Jadi Berdirinya Ibu Kota Sambas.
Daftar
Pustaka
1. Sulthan Muhammad Tsafiuddin
II ,
Sejarah Kesulthanan Islam Sambas, Sambas 4 Desember 1903.
2. Sulthan Muhammad
Tsafiuddin II,
Lembaran Silsilah Kesulthanan Sambas.
3. Jabatan Pusat Sejarah
Brunai,
Hubungan Silsilah Kesulthanan Islam Sambas dengan Kesulthanan Brunai Darussalam
4. Muhammad Gade Ismail, “ Politik
Perdagangan di Kesulthanan Sambas Kalimantan Barat : Masa akhir Kesulthanan (
1808 – 1818 ), Fakultas Pasca Sarjana Studi Bidang Ilmu Sejarah, Pengkhususan
Sejarah Indonesia Universitas Indonesia Jakarta, Tahun 1985 .
5.
H. Abdulllah Kadir , Catatan Sejarah
Kerajaan Sambas, Pemangkat 10 Februari
1989
6.
Google
dalam Lickzz@yahoo.com
7. Ib Larsen , Sulthan Pertama Sarawak dan Hubungannya dengan Dinasty Brunei dan Sambas 1599 – 1826: Sedikit Sejarah yang diketahui sebelum era Brooke. Januari 2012 ” Buyers, Christopher: "The Royal Ark - Royal and Ruling Houses of Africa, Asia, Oceania and the Americas", www.4dw.net/royalark/Indonesia/Sambas2.htm.
assalamualaikum..saya redha dari pahang malaysia..ingin bertanya...https://www.facebook.com/uraydewiandini15 ini facebook adik uray dewi andini ya.....boleh saya bertanya beberapa soalan?
BalasHapussaya seorang pengkaji sejarah di pahang..oleh kerana di sini ada tokoh2 di sini yang berasal dari sambas sbb itulah saya mengkajinya..terutama tentang silsilah yg adik tulis..tolong beri respon ya..saya tunggu..
pertama di sini adanya tokoh dari sambas yang bernama laksamana kubu..kedua, juga seorang tokoh bernama pengiran mamat..ketiga pengiran suta juga namanya di sini raden jabar..ketiga boleh saya tahu dari mana sumber maklumat yang adik dapat..tolong adik bantu saya..ok
kalau ada nomor hp adik tolong bagi..lagi senang utk berwhatsup
nombor hp saya +601120661399